kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Aspermigas berharap harga minyak bisa stabil di atas US$ 60 per barel tahun ini


Senin, 25 Januari 2021 / 11:05 WIB
Aspermigas berharap harga minyak bisa stabil di atas US$ 60 per barel tahun ini

Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah dunia masih berfluktuasi di level US$ 50-an per barel. Harga minyak acuan baik West Texas Intermediate (WTI) maupun harga minyak mentah berjangka jenis Brent belum bisa menembus level US$ 60 per barel.

Direktur Eksekutif Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal menyampaikan, pergerakan harga minyak yang pada awal tahun ini berada di atas US$ 50 per barel sebenarnya cukup positif. Namun, perusahaan migas berharap harga pada tahun 2021 ini bisa stabil di atas US$ 60 per barel.

"Kita melihat pergerakan yang positif harga minyak yang berada diatas US$ 50 sejak awal Desember 2020. Industri berharap di tahun ini harga stabil di atas US$ 60," kata Rizal kepada Kontan.co.id, Minggu (24/1).

Baca Juga: Jaga produksi migas, Pertamina Hulu Mahakam luncurkan proyek Locomotive-8

Menurutnya, pergerakan harga minyak dunia masih akan bergantung pada pemulihan ekonomi dan pandemi Covid-19. Kecepatan distribusi vaksin juga akan menjadi faktor penentu pergerakan pasar.

Oleh sebab itu, Rizal menilai bahwa perusahaan yang bergerak di sektor migas baik itu Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) maupun kontraktor jasa penunjang migas masih wait and see untuk melakukan investasi dan ekspansi. Apalagi, di sektor hulu migas yang memikili tingkat risiko yang tinggi.

"Menurut saya di tahun ini investor maupun pemain migas masih melihat situasi, kegiatan eksplorasi maupun kegiatan investasi padat kapital di sektor hulu migas masih akan lesu di tahun ini," pungkas Rizal.

Merujuk pada pemberitaan Kontan.co.id, Harga minyak mentah sempat ditutup menguat pada perdagangan hari Rabu di tengah ekspektasi bahwa pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden akan memberikan stimulus besar. Hal ini dianggap dapat mengangkat permintaan bahan bakar dan memberlakukan kebijakan yang dapat memperketat pasokan minyak mentah.

Tengah pekan lalu, harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Maret 2021 ditutup di level US$ 56,08 per barel, naik 18 sen. Serupa, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Maret 2021 juga menguat 26 sen menjadi US$ 53,24 per barel. 

Namun, penguatan harga itu tak bertahan lama. Pada Jum'at (22/1), harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Maret 2021 turun 47 sen, atau 0,9% menjadi US$ 52,66 per barel.

Harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Maret 2021 melemah 45 sen, atau 0,8% ke level US$ 55,65 per barel. Harga minyak mentah melemah di tengah kekhawatiran pembatasan pandemi baru di China yang akan mengekang permintaan bahan bakar dari importir minyak terbesar dunia itu.

Adapun merujuk data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Produksi minyak siap jual (lifting) nasional pada tahun 2020 lalu sebesar 707 MBOPD, sedangkan lifting gas bumi sebanyak 975 MBOEPD. Rata-rata harga minyak mentah Indonesia (ICP) pada tahun lalu sebesar US$ 40,39 per barrel.

Pada tahun 2021, lifting minyak ditargetkan sebanyak 705 MBOPD. Lalu, lifting gas ditarget 1.007 MBOEPD. Rata-rata ICP pada tahun ini diproyeksikan sebesar US$ 45 per barrel.

Selanjutnya: Dampak Ekonomi Pandemi Covid-19

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×