kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Asita: Akibat pandemi, hanya 5% perusahaan perjalanan wisata yang mampu bertahan


Sabtu, 03 Juli 2021 / 16:10 WIB
Asita: Akibat pandemi, hanya 5% perusahaan perjalanan wisata yang mampu bertahan

Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi covid-19 menyapu sejumlah sektor bisnis dan industri. Salah satu yang paling telak tergulung pandemi adalah industri pariwisata dan bisnis penunjangnya. Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat memperpanjang masa sulit di bisnis pariwisata.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata (Asita) Bahriyansah Momod memberikan gambaran, kondisi sulit pelaku usaha terlihat sejak tahun 2020, kala pendapatan biro perjalanan yang anjlok hingga 85% dibandingkan dengan tahun 2019. Memasuki tahun 2021, Bahriyansah bilang, ada kenaikan sekitar 20% pada awal tahun.

Namun, momentum pertumbuhan itu tidak bertahan lama. Sebab pada periode kuartal kedua, larangan mudik membuat bisnis perjalanan pariwisata kembali tiarap. Maklum, momentum lebaran Idul Fitri biasanya menjadi masa puncak (peak season) bagi segmen bisnis ini.

"Awal tahun, Februari sampai dengan bulan puasa kemarin sebenarnya sudah ada kegiatan usaha sedikit lebih baik dibanding dengan taun lalu. Tapi pasca lebaran sampai saat ini semua menjadi turun kembali," ungkap Bahriansyah saat dihubungi Kontan.co.id, Jum'at (2/7).

Baca Juga: PPKM Darurat berlaku, Sri Mulyani janjikan Rp 300.000 per bulan bagi 8 juta KPM

Mengenai ketahanan pelaku usaha perjalanan wisata menghadapi pandemi, Asita pun melakukan kajian. Survei internal Asita memetakan 6.800 anggotanya di seluruh Indonesia. Hasilnya, sebanyak 30% menyatakan tutup dan tidak berkegiatan lagi dengan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada seluruh pegawainya.

Lalu, 65% masih berkegiatan tanpa kantor dan pegawai. Sedangkan 5% sisanya masih menyatakan tetap memiliki pegawai dengan jumlah yang terbatas. 5% yang mampu bertahan ini kebanyakan merupakan bagian dari anak perusahaan korporasi, instansi dan lembaga, BUMN dan juga sedikit penanaman modal asing.

Melihat pilihan yang sulit dari sisi pemerintah maupun pelaku usaha, Bahriansyah menyatakan pihaknya hanya bisa pasrah dan mendukung kebijakan PPKM darurat yang diberlakukan pada 3 Juli - 20 Juli 2021. Dengan begitu, harapannya pandemi covid-19 bisa terkendali.

Sebab, penanganan pandemi menjadi kunci untuk kembali menumbuhkan industri pariwisata dan bisnis penunjangnya. "(PPKM Darurat) menambah panjang masa tiarap. Kami masih berharap kebijakan PPKM Darurat ada hasil yang baik sehingga berdampak baik buat kami di industri pariwisata, yang menjadi industri paling awal terdampak pandemi," sebut Bahriyansyah.

Untuk bisa bertahan, sambungnya, beberapa anggota Asita sudah banyak yang beralih ke segmen bisnis lain. Misalnya ke usaha kuliner baik dengan menggunakan kantor maupun secara online. "Tidak sedikit alih profesi kerja serabutan apa saja. Semoga tenaga terdidik tersertifikasi di industri pariwisata tidak hilang jika semua normal kelak," kata Bahriansyah.

Sebagai informasi, Bahriyansyah sendiri memiliki biro perjalanan PT Beeholiday Mitra Wisata. Dia juga memiliki segmen usaha wisata lainnya seperti penginapan Arut Riverside dan kapal wisata di Tanjung Puting Kalimantan Tengah.

Bahriyansyah juga tercatat sebagai Managing Director PT Hayo Wisata Indonesia. Sebagai strategi bertahan di masa pandemi, Hayo Wisata pun berinisiatif meluncurkan situs perjalanan wisata (OTA), yakni Hayo Travel. Bahriyansyah menjelaskan, Hayo Travel ditujukan sebagai marketplace di bidang pariwisata dengan menyediakan beragam fasilitas, akomodasi dan atraksi wisata di destinasi wisata domestik.

"Kami mulai dengan beradaptasi ke pola digital, (Hayo Travel) ini marketplace tourism. Dari travel konvensional menjadi operator tour di destinasi, sekaligus membantu pelaku usaha mendigitalisasi produknya dan oleh Hayo dipasarkan ke ecosystem yang sudah terbentuk," jelasnya.

Sembari bertahan dengan strategi di masing-masing korporasi, Asita pun berharap ada stimulus yang bisa menggerakkan sektor pariwisata. Stimulus konkret yang bisa diberikan pemerintah misalnya dengan memberikan semacam insentif pada pembelian paket-paket tour, akomodasi, dan transportasi yang diformulasikan lewat data wisatawan yang sudah divaksin dengan zonasi covid-19 di daerah yang berzona hijau.

"Kami selaku pengurus berharap stimulus sektor pariwisata disegerakan. Jika sudah waktunya memungkinkan, harapan kami stimulus konkret merata ke pelaku usaha," pungkas Bahriyansyah.

Selanjutnya: Ada PPKM darurat, BI masih pertahankan proyeksi pertumbuhan kredit 5%-7% di 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×