kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Asing ramai-ramai melirik Indonesia untuk memproduksi baterai mobil listrik, kenapa?


Kamis, 19 November 2020 / 06:25 WIB
Asing ramai-ramai melirik Indonesia untuk memproduksi baterai mobil listrik, kenapa?

Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor asing makin mencermati peluang memproduksi baterai mobil listrik di Indonesia. Sebelumnya santer terdengar bahwa dua produsen baterai kendaraan listrik yaitu Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL) asal Cina dan LG Chem Ltd asal Korea Selatan akan masuk dalam pengembangan rantai pasokan nikel di Indonesia. 

Kabar terbaru, Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan mengatakan CATL sudah tandatangan dan sepakat bekerjasama dengan PT Inalum untuk pembuatan baterai Lithium di Tanah Air. 

Melansir keterangan resmi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (11/10), CATL yang merupakan perusahaan baterai lithium terbesar di dunia akan menjadikan Indonesia sebagai pusat pengembangan dan produksi baterai lithium ketiganya, setelah Tiongkok dan Jerman.

Baca Juga: Saat permintaan naik, produsen mobil listrik malah kebanjiran kasus kebakaran baterai

Di Indonesia CATL berencana mengembangkan pertambangan nikel, pabrik pengolahan nikel, pabrik material baterai litium sampai dengan pabrik mobil listrik. CATL juga akan mengajak mitra-mitra yang terkait untuk menginvestasi dan membangun perindustrian terkait juga di Indonesia. CATL sendiri sekarang bermitra dengan Tesla, Daimler dan beberapa nama besar lainnya.

"Kalau minggu ini tidak ada perubahan, LG Chem dari Korea juga akan tandatangan,"  jelasnya  dalam webinar bertajuk "Telaah Undang-Undang Nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja" yang disiarkan di Youtube Universitas Gadjah Mada, Selasa (17/11)

Luhut juga mengatakan Indonesia akan menjajaki dengan perusahaan lain dan saat ini masih dalam proses. "Strateginya ke mana saja berkawan mau China maupun Amerika atau negara lain," kata Luhut. 

Tidak hanya dua perusahaan ini saja, sebelumnya Kementerian Perindustrian mengungkapkan produsen batu baterai ABC, PT International Chemical Industry sedang melaksanakan penanaman modal dalam negeri (PMDN) untuk baterai kendaraan listrik. 

Baca Juga: Lonjakan tarif tol Jakarta-Cikampek diklaim tak membebani angkutan umum

Meski tidak memerinci berapa nilai investasinya, International Chemical Industry sudah melakukan proses instalasi mesin di akhir Juli 2020 dan akhir tahun ini sudah mulai melakukan pre-commercial production

Luhut menjelaskan bahwa Indonesia punya peluang untuk memproses nikel ke baterai lithium karena memiliki cadangan yang cukup untuk menjadi pemain utama dalam industri baterai kendaraan listrik di dunia.  Adapun Luhut berharap produksi baterai Lithium ini bisa dilihat pada akhir 2023 atau pada 2024. 

"Kemungkinan sampai 85% dari material lithium baterai itu bisa kita dapatkan di Indonesia," jelasnya. 

Perlu fasilitas daur ulang baterai Lithium 
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi,dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Taufiek Bawazier mengatakan usia baterai listrik bisa mencapai 10-15 tahun. Artinya, sepuluh tahun ke depan perlu dipersiapkan fasilitas recycling (daur ulang) untuk memperoleh nilai tambah baru baik berupa material di dalamnya seperti lithium, nikel, cobalt, mangan dan copper

Baca Juga: Cegah penularan Covid-19, Auto2000 layani pembayaran layanan after sales melalui QRIS

"Penguasaan teknologi recycling perlu dipikirkan dari sekarang seperti hydrometalurgi dan juga penggunaan teknologi AI dan robotik termasuk skill baru dalam pemrosesan baterai listrik," jelasnya dalam keterangan resmi (9/11). 

Selain itu, menurut Taufiek, proses daur ulang dapat meningkatkan pemanfaatan material, baik lithium dan mangan yang berupa carbonat dan nikel serta cobalt berupa sulfat yang dapat diperoleh dengan maksimal sehingga proses circular ekonominya mencapai titik optimal.

“Namun demikian, yang terpenting adalah mobil listrik dan baterai listrik dapat diproduksi di dalam negeri. Investasi ke arah sana tentunya dipersiapkan untuk membuka tenaga kerja dengan skill yang baru dan meningkatkan hilirisasi sumber daya alam nasional berupa nikel, cobalt, maupun mangan,” tegasnya.

Selanjutnya: Luhut sebut sejumlah kontrak diteken dalam mengembangkan baterai untuk mobil listrik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

×