kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

AS gelar serangan udara militer pertama di bawah Pemerintahan Biden, siapa targetnya?


Jumat, 26 Februari 2021 / 13:02 WIB
AS gelar serangan udara militer pertama di bawah Pemerintahan Biden, siapa targetnya?
ILUSTRASI. AS telah mengizinkan serangan udara di Suriah, yang mereka yakini menghantam gedung milisi terkait Iran. REUTERS/Kevin Lamarque

Sumber: Express.co.uk | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Serangan tersebut terjadi sebagai tanggapan nyata atas tiga serangan roket terpisah terhadap tentara AS yang ditempatkan di Irak.

Pekan lalu, milisi Awliyaa al-Dam yang didukung Iran, mengaku bertanggung jawab atas serangan di pangkalan udara AS di Irak.

Express.co.uk memberitakan, empat belas roket ditembakkan ke pangkalan udara yang menampung pasukan AS di Bandara Internasional Erbil, menewaskan seorang kontraktor dan menyebabkan sembilan lainnya terluka.

Serangan lain menghantam pangkalan yang menampung pasukan AS di utara Baghdad beberapa hari kemudian, melukai setidaknya satu kontraktor.

Baca Juga: AS buka peluang diskusi dengan Iran demi kembali ke kesepakatan nuklir

Roket menghantam Zona Hijau Baghdad pada hari Senin yang menampung kedutaan AS dan misi diplomatik lainnya.

Pemerintah Irak sedang melakukan penyelidikannya sendiri atas serangan Erbil 15 Februari.

Biden sebelumnya mengindikasikan AS akan berusaha untuk memulai kembali kesepakatan nuklir mereka dengan Iran, setelah Presiden sebelumnya Donald Trump mundur dari perjanjian pada 2018.

Baca Juga: Biden akhirnya menghubungi Netanyahu, bicarakan Palestina hingga ancaman Iran

Rencana Aksi Komprehensif Bersama 2015, yang ditandatangani oleh AS dan Iran bersama dengan lima kekuatan dunia lainnya, membatasi pengayaan uranium Teheran hingga 3,67%.

Namun, Presiden AS bersikeras dia tidak akan kembali mengadakan pembicaraan dengan Iran kecuali mereka setuju untuk memberlakukan kembali pembatasan pengayaan uranium.

"Iranlah yang sekarang terisolasi secara diplomatis, bukan Amerika Serikat, dan bola ada di pengadilan mereka," jelas Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan berkata kepada CBS pada minggu ini. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×