kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

AS dan China saling melempar sindiran, ada apa?


Minggu, 13 Juni 2021 / 04:00 WIB
AS dan China saling melempar sindiran, ada apa?

Sumber: Channel News Asia | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Amerika Serikat (AS) dan China saling beradu kecaman setelah AS menekan lagi Beijing tentang asal usul Covid-19, isu Taiwan dan hak asasi manusia. Tekanan itu dilontarkan menjelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) kelompok 7 (G7)

KTT G7 ini merupakan debut internasional Presiden AS Joe Biden di KTT G7.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berbicara melalui telepon dengan pejabat senior China Yang Jiechi. Dalam pembicaraan itu, Blinken memperbarui tekanan AS terhadap China atas asal mula pandemi yang telah menewaskan lebih dari 3,7 juta orang di dunia.

Blinken menekankan pentingnya kerja sama dan transparansi mengenai asal usul virus corona, termasuk mengizinkan pakar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali ke China, demikian juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price dalam sebuah pernyataan yang dikutip Channel News Asia.

Baca Juga: Lawan sanksi negara asing, China rilis undang-undang baru

Biden telah memerintahkan intelijen AS untuk melaporkan kembali pada akhir Agustus tahun lalu apakah Covid-19, yang pertama kali terdeteksi pada akhir 2019 di kota Wuhan, muncul dari sumber hewan atau kecelakaan laboratorium.

Teori asal usul virus Covid-19 dari laboratorium Wuhan telah membuat marah China, yang telah berusaha mengubah citra dirinya di mata dunia bukan sebagai negara yang gagal menghentikan virus, tetapi sebagai model tentang cara mengatasinya.

Yang, seorang anggota senior Politbiro China yang telah lama memimpin dalam penanganan Beijing terhadap Amerika Serikat, mengecam Washington ketika Biden bertemu dengan para pemimpin dari negara-negara G7 lainnya yakni Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, dan Jepang.

"Multilateralisme sejati bukanlah multilateralisme semu yang didasarkan pada kepentingan kalangan kecil," kata Yang kepada Blinken.

"Satu-satunya multilateralisme sejati adalah yang didasarkan pada prinsip-prinsip piagam PBB dan hukum internasional," kata Yang.

Baca Juga: Presiden Joe Biden cabut larangan terhadap TikTok dan WeChat

Yang menuduh AS munafik terhadap hak asasi manusia ketika Blinken menekan apa yang dianggap Amerika Serikat sebagai genosida terhadap orang Uyghur dan sebagian besar muslim Turki lainnya yang dipenjara di kamp-kamp.

"Amerika Serikat harus menyelesaikan pelanggaran hak asasi manusia serius domestiknya sendiri, dan tidak menggunakan apa yang disebut masalah hak asasi manusia sebagai alasan untuk secara sewenang-wenang mencampuri urusan dalam negeri negara lain," katanya.

Blinken juga menyuarakan peringatan atas meningkatnya tekanan China terhadap Taiwan termasuk penerbangan militer di lepas pantainya.

Blinken meminta Beijing menghentikan kampanye tekanannya terhadap Taiwan dan secara damai menyelesaikan masalah lintas-Selat.

Washington semakin khawatir bahwa China akan berusaha menggunakan kekuatan terhadap Taiwan, negara demokrasi yang berpemerintahan sendiri yang dianggapnya sebagai bagian dari wilayahnya, setelah mengekang kebebasan di Hong Kong.

Baca Juga: Atasi pandemi, AS akan donasikan 500 juta dosis vaksin Pfizer ke 100 negara

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×