Reporter: Vina Elvira | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Archi Indonesia berencana untuk mendorong kegiatan eksplorasi tambang dan juga menggandakan kapasitas pabrik pengolahan dalam lima tahun ke depan. Rencana tersebut didorong oleh banyaknya potensi besar yang belum dimanfaatkan oleh perusahaan hingga saat ini.
Sebagai gambaran, Tambang Emas Toka Tindung yang dikelola entitas anak perusahaan, PT Meares Soputan Mining (MSM) dan PT Tambang Tondano Nusajaya (TTN), telah berhasil mencatatkan pertumbuhan volume produksi yang stabil sejak memulai produksi emas pertama kali pada tahun 2011.
Berdasarkan keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id pada Senin (21/6), Tambang Emas Toka berhasil memproduksi lebih dari 200 kilo ons (setara dengan 6.2 ton) emas per tahunnya sejak tahun 2016, serta mencatatkan rekor produksi tertinggi yang mencapai 270 kilo ons (setara dengan 8,4 ton) emas.
Baca Juga: Archi Indonesia tinggal selangkah lagi melantai di bursa
Hingga akhir Desember 2020 lalu, Tambang Emas Toka Tindung Archi memiliki Cadangan Bijih Emas (bersertifikasi JORC) sebanyak 3,9 juta ons (setara dengan 121 ton). Di mana, perusahaan baru melakukan eksplorasi dan penambangan dari sekitar 10% dari area konsesi yang memiliki luas keseluruhan 40.000 hektar.
Dengan potensi besar yang belum dimanfaatkan tersebut, Archi berencana untuk mendorong kegiatan eksplorasi tambang dengan menargetkan area proyek Near-mine, Western Corridor, dan Greenfields.
"Berdasarkan studi yang dilakukan oleh pakar industri Energy and Mineral Technology International, dan selanjutnya telah diverifikasi oleh konsultan industri independen, SRK Consulting Group, eksplorasi pada serangkaian proyek tersebut diharapkan dapat memberikan tambahan Cadangan Bijih Emas baru sebanyak antara 5,3 – 13,0 juta ons," ujar Wakil Direktur Utama Archi, Rudy Suhendra.
Dalam rangka menyelaraskan rencana untuk mendorong aktivitas eksplorasi tambang serta meningkatkan prospek bisnis perusahaan, Archi juga akan meningkatkan kapasitas Pabrik Pengolahan biji emas yang dimiliki saat ini, dari 3,6 juta ton per tahun (pada akhir tahun 2020) menjadi 8,0 juta ton per tahun pada akhir tahun 2025.