kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Apa Saja Gejala Covid-19 Varian Eris?


Rabu, 09 Agustus 2023 / 14:36 WIB
Apa Saja Gejala Covid-19 Varian Eris?
ILUSTRASI. Sejak beberapa bulan yang lalu, Covid-19 subvarian Omicron E.G 5.1 atau Eris sudah masuk ke Indonesia. KONTAN/Carolus Agus Waluyo

Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

VARIAN ERIS COVID-19 - Sejak beberapa bulan yang lalu, Covid-19 subvarian Omicron E.G 5.1 atau Eris sudah masuk ke Indonesia. 

Pakar epidemiologi Griffith University Dicky Budiman mengungkapkan, Covid-19 varian Eris tersebut sudah mulai menyebar ke Asia, Eropa, hingga Amerika Serikat. Saat ini sudah ada 36 negara dengan kasus Covid-19 Eris. 

"Data menunjukkan, EG.5.1 atau Eris sampel pertama itu paling awal tercatat di Jakarta, Indonesia, dan itu di awal-awal Maret," ujarnya dikutip dari Kompas.com, Senin (7/8/2023). 

Sementara itu, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi juga membenarkan adanya temuan kasus Covid-19 varian Eris di Indonesia. 

"Kalau dari laporan GISAID sudah ada 12 kasus di Indonesia," ujarnya kepada Kompas.com, Selasa (8/8/2023). 

Dilansir dari Kompas.com (18/5/2020), Global Initiative on Sharing ALL Influenza Data (GISAID) adalah inisiatif kerjasama antara pemerintah Jerman dengan organisasi nirlaba. 

GISAID bertujuan untuk menyediakan akses terhadap berbagai informasi genetik virus-virus yang menyebabkan epidemi seperti flu. Selain itu, GISAID juga telah mengumpulkan data Covid-19 dari berbagai negara. 

Baca Juga: Pemerintah Terbitkan Perpres Pengakhiran Penanganan Pandemi COVID-19

Gejala varian Eris tidak jauh berbeda  

Lebih lanjut Siti Nadia mengungkapkan, kasus Covid-19 varian Eris di Indonesia saat ini masih terus dalam pelacakan, mengingat temuan kasusnya yang sudah cukup lama terjadi. 

"Masih di-tracking, karena kejadian yang sudah cukup lama," ungkapnya. 

Ia juga menyampaikan bahwa gejala dari Covid-19 varian Eris sejauh ini masih sama seperti varian sebelumnya. 

"Gejala Covid-19 varian Eris masih sama, karena kita tidak lihat ada perubahan fatalitas saat periode subvarian tersebut ditemukan," jelasnya. 

Ia meminta agar masyarakat tetap waspada dan menjaga kesehatan dengan segera melakukan vaksinasi Covid-19. 

Sementara itu, menurut Zoe Health Study, organisasi yang memantau dan memperkirakan kasus COVID di Inggris, Eris memiliki gejala yang mirip dengan Omicron, dikutip dari USA Today. 

Baca Juga: Pandemi Covid-19 Usai, Dana Pemulihan Ekonomi Masih Tetap Mengalir

Beberapa gejala yang paling umum termasuk: 

- Hidung meler atau tersumbat 
- Sakit kepala 
- Kelelahan 
- Bersin 
- Sakit tenggorokan 
- Batuk 
- Perubahan indra penciuman 

Baca Juga: Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Resmi Bubar

Apa itu Covid-19 varian Eris? 

Covid-19 varian Eris atau EG.5.1 adalah turunan virus corona SARS-CoV-2 varian Omicron terbaru yang diklasifikasikan di Inggris pada 31 Juli 2023. 

Diberitakan Kompas.com, Senin (7/8/2023), Eris disebut sebagai salah satu penyebab lonjakan kasus Covid-19 di Inggris belakangan ini dan menjadi penyebab Covid-19 yang paling umum kedua sekarang, setelah Arcturus. 

Sementara itu, Anggota Independent Sage, Prof Christina Pagel mengungkapkan bahwa lonjakan kasus Covid-19 di Inggris didorong juga oleh musim panas ekstrem yang melemahkan sistem kekebalan tubuh masyarakat. 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memasukkan EG.5.1 sebagai varian yang sedang dipantau (variant under monitoring/VUM), tetapi belum sebagai varian yang menjadi perhatian (variant of concern/VOC). 

Kepala imunisasi di Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA), Dr Mary Ramsay mengatakan bahwa Eris tidak lebih berbahaya dari pada kasus Omicron sebelumnya.  

"Kami juga melihat peningkatan kecil dalam tingkat rawat inap di sebagian besar kelompok usia, terutama di kalangan orang tua," kata dia. 

"Secara keseluruhan, tingkat rawat inap masih sangat rendah dan saat ini kami tidak melihat peningkatan di ICU," sambungnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Covid-19 Varian Eris Ada di Indonesia, Kemenkes: Gejalanya Tidak Jauh Beda dengan Varian Sebelumnya"
Penulis : Alicia Diahwahyuningtyas
Editor : Inten Esti Pratiwi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

×