kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Adaro Energy tetap konservatif jalankan bisnis di 2021


Rabu, 30 Juni 2021 / 09:40 WIB
Adaro Energy tetap konservatif jalankan bisnis di 2021

Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) yang merupakan salah satu perusahaan batubara terbesar di Indonesia melihat prospek bisnis batubara masih menghadapi sejumlah tantangan. Maka dari itu, pihaknya lebih cenderung menjalankan bisnis dengan konservatif untuk mempertahankan kinerja di sepanjang tahun ini. 

Asal tahu saja, beberapa bulan belakangan, khususnya sejak April hingga Juni 2021 harga batubara internasional mengalami tren kenaikan signifikan. Bahkan, mencapai titik tertinggi sejak sepuluh tahun belakangan atau 2011 silam. 

Mengekor kenaikan harga batubara internasional, harga batubara dalam negeri terpantau terus menguat. Melansir harga batubara acuan (HBA) di website Kementerian ESDM, sejak April 2021 HBA berada di posisi US$ 86.68/ton kemudian terus naik hingga pada Juni 2021 mencapai US$ 100.33/ton. 

Baca Juga: Harga Batubara Naik Tinggi, Petambang Bakal Lebih Banyak Ekspor

Di tengah harga batubara yang konsisten menguat, Adaro Energy tidak serta-merta gegabah dalam memanfaatkan momentum ini. Pihaknya lebih konservatif dengan fokus pada efisiensi, produksi, hingga mempertahankan posisi keuangan di tengah situasi yang masih diliputi banyak ketidakpastian. 

Febriati Nadira, Head of Corporate Communication Division Adaro Energy mengatakan ADRO melihat outlook batubara ke depan masih akan menghadapi tantangan. 

"Maka dari itu, kami akan  terus  memaksimalkan upaya untuk terus fokus terhadap  keunggulan operasional bisnis inti, meningkatkan efisiensi dan produktivitas operasi, menjaga kas dan mempertahankan posisi keuangan yang solid di tengah situasi sulit yang berdampak terhadap sebagian besar dunia usaha," jelasnya kepada Kontan.co.id, Selasa (29/6). 

Febrianti menjelaskan Adaro akan terus mengikuti perkembangan pasar dengan tetap menjalankan kegiatan operasi sesuai rencana di tambang-tambang milik perusahaan. Tentu  berfokus untuk mempertahankan marjin yang sehat dan kontinuitas pasokan ke pelanggan. "Adaro telah memiliki kontrak dengan para customer dan akan memenuhi kebutuhan sesuai kontrak," kata dia. 

Senada, sebelumnya Presiden Direktur dan Chief Executive Officer, Garibaldi Thohir mengatakan walaupun ada optimisme dari perkembangan positif harga batu bara akhir-akhir ini, ADRO tetap berhati-hati dan akan terus berfokus pada keunggulan operasional serta berdisiplin pada biaya dan pengeluaran. "Kami memilih pendekatan konservatif dan mempertahankan panduan operasional dan keuangan untuk tahun 2021," ujarnya. 

Kendati harga jual rata-rata (ASP) pada tiga bulan pertama tahun ini naik 9% yoy, kinerja ADRO di kuartal I 2021 mengalami kontraksi. Perinciannya, pendapatan usaha tercatat senilai US$ 692 juta atau turun 8% yoy. Manajemen ADRO memaparkan penurunan pendapatan disebabkan turunnya volume penjualan sebesar 13% yoy atau menjadi 12,59 juta ton. Adapun produksi batubara tercatat menyusut 11% yoy menjadi 12,87 juta ton. 

 

Produksi batubara ADRO di awal tahun ini banyak dipengaruhi oleh La Nina yang melanda sebagian besar wilayah Indonesia sehingga menyebabkan hujan lebat dan gelombang tinggi. Oleh karenanya, menghambat aktivitas logistik dan pemuatan kapal. 

Di sepanjang  tahun 2021, ADRO memperkirakan produksi batu bara berada pada kisaran stabil sampai sedikit menurun secara tahunan. Target produksi batu bara berada pada kisaran 52 juta ton hingga 54 juta ton. Adapun di tahun ini, ADRO mengalokasikan belanja modal senilai US$ 200 juta - US$ 300 juta untuk pemeliharaan berkala dan capex pertumbuhan.

Selanjutnya: Harga melonjak, begini realisasi produksi batubara dari sejumlan emiten di awal tahun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×