Sumber: Kompas TV | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia masih terus mengembangkan vaksin Covid-19 buatan domestik. Selain meneliti vaksin Covid-19 bernama vaksin Merah Putih, di Indonesia juga tengah dilakukan penelitian vaksin Nusantara. Ada nama mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto dibalik pengembangan vaksin Nusantara
Eks Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto tengah mengembangkan vaksin Nusantara untuk melawan virus corona. Pengembangan vaksin Covid-19 tersebut dilakukan mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto bersama tim peneliti di laboratorium RSUP Kariadi Semarang, Jawa Tengah.
"Kami bersama-sama dengan teman-teman dari Aivita Biomedical Corporation dari Amerika Serikat dan juga dengan Universitas Diponegoro dan Rumah Sakit Kariadi Semarang ini bahu-membahu mewujudkan vaksin berbasis dendritic cell," kata mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto saat diwawancarai KOMPAS TV.
Menurut dia, vaksin Covid-19 Nusantara akan memberikan imunitas yang bisa bertahan lama.
Baca Juga: Vaksin AstraZeneca 2 juta-5 juta dosis diperkirakan masuk Indonesia akhir Februari
"Dampaknya apa? Tentunya akan memberikan kekebalan terhadap Covid-19 dan karena ini sifatnya menjadi imunitas yang seluler tentunya akan bertahan lama, karena tingkatnya di sel bukan imunitas humoral tapi seluler," jelasnya.
Masuk uji klinis fase II
Setelah melewati persiapan beberapa bulan, vaksin Nusantara Covid-19 buatan anak negeri ini mulai dikembangkan sejak Desember dan selesai uji klinis fase I pada akhir Januari 2021.Saat ini, pengembangan vaksin Covid-19 ini telah memasuki tahapan uji klinis fase II yang sudah berjalan mulai Februari 2021.
Dosen dan tim peneliti, Dr. Yetty Movieta Nency SPAK mengatakan, temuan vaksin covid-19 Nusantara tersebut menggunakan metode berbasis sel dendritik autolog yang bersifat personal.
Sel dendritik autolog sendiri merupakan komponen dari sel darah putih yang dimiliki setiap orang lalu dipaparkan dengan antigen protein S dari SARS-COV-2. Kemudian, sel dendritik yang telah mengenal antigen akan diinjeksikan ke dalam tubuh kembali. Di dalam tubuh, sel dendritik tersebut akan memicu sel-sel imun lain untuk membentuk sistem pertahanan memori terhadap SARS COV-2.
"Posedurnya dari subyek itu kita ambil sel darah putih kemudian kita ambil sel dendritik. Lalu di dalam laboratorium dikenalkan dengan rekombinan dari SARS-COV-2. Sel dendritik bisa mengantisipasi virus lalu disuntikkan kembali. Komponen virus tidak akan masuk lagi ke tubuh manusia karena sel dendritik yang sudah pintar tadi," ujarnya saat ditemui di RSUP Kariadi Semarang, Rabu (17/2/2021), dikutip dari Kompas.com.
Ia menjelaskan, kelebihan dari Vaksin Nusantara ini selain aman karena melewati tahapan yang ketat dan panjang, juga bersifat personal.
"Aman karena memakai darah pasien sendiri dan memicu tubuh sendiri untuk menimbulkan kekebalan. Jadi Insya Allah halal karena tidak mengandung komponen lain seperti benda-benda atau binatang. Harganya juga murah diperkirakan sekitar US$ 10 atau di bawah Rp 200.000 setara dengan harga vaksin-vaksin lainnya," ucapnya.
Catatan saja, untuk harga vaksin covid-19 dari China yakni Sinovac dibanderol sekitar Rp 250.000 per dosis. Dan itupun perlu dua kali penyuntikan.
Kelebihan lainnya, klaimnya, sel dendritik bersifat personal karena baru diproses setelah diambil dari masing-masing orang yang akan divaksin. Hal itu dapat menghemat produksi massal yang berpotensi adanya stok sisa dan terbuang.
Selain itu, pengelolaan vaksin covid-19 Nusantara secara personal dinilai cukup sederhana dan efisien karena dapat memotong biaya penyimpanan dan pengiriman.
Ia pun berharap vaksin Nusantara bisa menjadi alternatif bagi pasien yang tidak masuk kriteria vaksinasi selama ini. "Salah satu alternatif untuk orang-orang yang tidak bisa masuk kriteria vaksin karena banyak dengan penyakit berat. Misalnya kanker, dengan dendritik dimungkinkan bisa vaksin," lanjutnya.
Vaksin Nusantara rencananya akan diproduksi masal dari sel dendritik yang sudah diambil. "Targetnya produksi massal sekitar jutaan dosis, sebanyak-banyaknya. Tapi yang penting lolos uji dulu," tambahnya.
Menurutnya, bahan baku pengolahan vaksin covid-19 Nusantara cukup mudah dan bisa dikirim ke beberapa fasilitas kesehatan. Adapun proses pengambilan sampel dendritik hingga menjadi vaksin, membutuhkan waktu sekitar seminggu.
Artikel ini telah tampil di Kompas TV dengan judul Terawan Kembangkan Vaksin Corona Nusantara, Bisa Bertahan Lama, Aman, dan Murah
Selanjutnya: Vaksin AstraZeneca 2 juta-5 juta dosis diperkirakan masuk Indonesia akhir Februari
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
