Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Insentif Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) 0% telah berdampak positif terhadap meningkatnya jumlah pemesanan mobil baru sejak awal Maret lalu. Penjualan otomotif pun memberikan angin segar kepada bisnis asuransi umum.
Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Dody Achmad Sudiyar Dalimunthe mengungkapkan, kebijakan relaksasi dan stimulus yang dikeluarkan pemerintah memang mendorong aktifitas ekonomi, dan setiap aktifitas bisnis, terutama yang melibatkan perbankan akan diikuti permintaan Asuransi.
Demikian pula kebijakan DP 0% kendaraan baru, berdampak pembelian kendaraan baru, dan permintaan asuransi kendaraan. "Namun yang menjadi perhatian saat ini adalah jangan sampai kemampuan debitur untuk melunasi kredit, jika pembelian menggunakan fasilitas kredit, akan berdampak kepada ketidakmampuan penyelesaian kredit tersebut," kata Dody kepada kontan.co.id, Jumat (28/3).
Baca Juga: Gandeng Allianz, Telkomsel luncurkan paket data Telkomsel Proteksi
Selain itu menurutnya, perbankan juga mempelajari kondisi income dan daya beli masyarakat, meskipun ada relaksasi dan stimulus. Sehingga mitigasi risiko sepertinya tetap hati-hati dalam pemberian kredit. Sehingga beberapa kreditur (bank, multifinance) mungkin lebih selektif dalam penyaluran kredit saat pandemi covid.
"Dalam hal mitigasi risiko bank dilakukan dengan coverage asuransi kredit, pihak asuransi juga lebih ketat melakukan seleksi risiko, karena relaksasi tersebut sifatnya hanya menunda kredit macet jika saat jatuh tempo tetap saja debitur belum memiliki income yang bagus," ujar Dody.
Ia menjelaskan, fakta yang ada di data AAUI di tahun 2020 terjadi peningkatan klaim asuransi kredit, dan juga asuransi kendaraan bermotor. Kendati menurut Dody, penyebab klaim tersebut bisa jadi dari kejadian tahun sebelumnya.
Dody mengatakan, AAUI sudah menghimbau kepada perusahaan-perusahaan asuransi umum untuk melakukan review portfolio bisnis dan pencadangan teknis, agar dapat mengantisipasi liability ke depan.
Dody menambahkan, sumber bisnis lini asuransi kendaraan bermotor saat ini lebih banyak dari perusahaan pembiayaan. "Benar bahwa relaksasi pajak dan DP akan meningkatkan permintaan asuransi. Namun ini sekaligus membuat perusahaan asuransi semakin ketat melakukan asesmen risiko, karena kondisi yang terjadi saat ini bukan kondisi normal, namun intervensi. Jika tidak, maka akan berdampak kepada kondisi keuangan Perusahaan Asuransi," ungkap Dody.
Baca Juga: Klaim asuransi pasien Covid-19 capai Rp 661,46 miliar hingga Oktober 2020
Dody menyebut, AAUI tidak membuat proyeksi 2021 dan 2022, karena kondisi eksternal masih volatil, bisa banyak perubahan. Tapi AAUI berharap di 2021 bisa alami pertumbuhan dibanding 2020, dan minimal sama dengan 2019.
Presiden Direktur Aswata Christian Wirawan Wanandi juga berharap dengan adanya relaksasi PPnBM, bisnis asuransi kendaraan bermotor dapat lebih baik dari tahun lalu. "Tahun lalu, kita turun 30% untuk COB kendaraan bermotor yaitu mencapai Rp 430 miliar, tahun ini kita targetkan naik 20% dari tahun lalu," ujar Christian.
Oleh karena itu dalam mencapai target tersebut Aswata memiliki beberapa strategi seperti, pendekatan dengan leasing dan service klaim yang baik.
PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) menyampaikan, dengan adanya kebijakan relaksasi PPnBM berpengaruh pada peningkatan penjualan mobil, yang akan berdampak lebih pada sektor consumer financing/pembiayaan kendaraan bermotor.
"Mengingat 80% pembelian kendaraan Roda empat dilakukan melalui skema kredit, tentunya ini juga berdampak pada meningkatnya placing asuransi kendaraan bermotor Roda empat pada mitra-mitra asuransi perusahaan pembiayaan tersebut, tentunya Jasindo juga berharap mendapatkan penambahan placing dari perusahaan pembiayaan dimana Jasindo bermitra," jelas Direktur Pengembangan Bisnis PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) Diwe Novara.
Ia mengungkapkan, pada tahun 2020 walaupun secara perolehan premi Jasindo mengalami penurunan, namun berhasil menekan combine ratio turun sebesar 6%, hal ini juga seiring dengan program shifting portofolio yang telah di inisiasi pada tahun 2020 yang lebih fokus pada bisnis B to C.
Baca Juga: Tersangka kasus AJB Bumiputera Nurhasanah ajukan praperadilan, ini kata ahli hukum
Diwe menambahkan, untuk proyeksi di 2021, Jasindo tetap fokus pada efisiensi combine ratio, lebih meningkatkan lagi fokus pada bisnis B to C atau sumber-sumber bisnis yang secara cost structure tidak tinggi, dan mulai menghindari sumber-sumber bisnis yang memiliki cost structure yang tinggi. Hal ini menurut Diwe tercermin dari perolehan margin yang positif untuk lini bisnis asuransi kendaraan bermotor pada bulan Januari dan Februari 2021.
Sebagai gambaran, Jasindo mencatatkan realisasi pendapatan premi asuransi sebesar Rp 680 miliar pada Januari 2021, atau naik 121% dibandingkan tahun 2020. Jasindo juga memproyeksikan premi asuransi capai Rp 5,39 triliun pada tahun ini.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membukukan pendapatan premi asuransi umum Rp 76,89 triliun pada 2020. Nilai itu turun 4,04% yoy dibandingkan tahun 2019 sebesar Rp 80,12 triliun.
OJK melihat penurunan ini dipengaruhi oleh penurunan premi kendaraan bermotor dari Rp 14,73 miliar pada 2020. Turun 21.3% yoy dibandingkan 2019 sebesar Rp 18,73 miliar. Padahal, lini bisnis kendaraan bermotor merupakan kontribusi terbesar bagi industri. Lini bisnis ini menyumbang 19,4% dari total pendapatan premi secara industri.
Selanjutnya: Perusahaan asuransi beri perlindungan atas risiko Covid-19
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News