Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KTT BRICS - Menurut diplomat tinggi Afrika Selatan yang bertanggung jawab atas hubungan dengan blok tersebut pada hari Kamis (20/7/2023), lebih dari 40 negara telah menyatakan minat untuk bergabung dengan kelompok negara BRICS.
Melansir Reuters, Anil Sooklal dan pejabat dari departemen luar negeri berbicara kepada wartawan di kota komersial utama Johannesburg, sehari setelah Afrika Selatan mengonfirmasi bahwa Presiden Rusia Vladamir Putin tidak akan menghadiri KTT BRICS yang akan berlangsung pada 22-24 Agustus.
Pertanyaan tentang seberapa jauh dan cepat untuk memperluas keanggotaan BRICS - yang berpusat di sekitar Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan - menjadi agenda utama di KTT negara-negara yang berusaha mengimbangi hegenomi Barat yang dipimpin AS dalam urusan global.
Selain dari 22 negara yang secara resmi meminta untuk bergabung, Sooklal mengatakan terdapat 22 negara yang lain yang secara informal menyatakan minat untuk menjadi anggota BRICS.
Baca Juga: Afrika Selatan: Vladimir Putin Tak Akan Hadiri KTT BRICS
Pejabat Afrika Selatan ingin BRICS menjadi juara dunia berkembang. Dan Argentina, Iran, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuba, Republik Demokratik Kongo, Komoro, Gabon, dan Kazakhstan semuanya telah menyatakan minatnya.
Afrika Selatan menghadapi dilema dalam menjadi tuan rumah KTT tersebut. Sebagai anggota Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) yang mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Putin pada bulan Maret, Afrika Selatan diwajibkan untuk menangkap presiden Rusia jika dia menghadiri KTT tersebut.
Adapun tuduhan terhadap Putin adalah kejahatan perang oleh Rusia selama invasi ke Ukraina. Tuduhan ini dibantah keras oleh Putin.
Tetapi pada hari Rabu, tuan rumah mengkonfirmasi bahwa Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov akan hadir menggantikan presidennya.
Baca Juga: Dolar AS Masih Jadi Mata Uang Dunia Terkemuka, Tapi Tak Lagi Dominan
Afrika Selatan mendapat kecaman dari negara-negara Barat atas apa yang mereka lihat sebagai sikap yang terlalu ramah terhadap Rusia. Afrika Selatan mempertahankan sikap netral terhadap perang Ukraina, yang berupaya mereka akhiri melalui negosiasi.
Rusia mendengarkan tetapi pada akhirnya tidak menerima rencana proposal perdamaian yang diajukan oleh Presiden Cyril Ramaphosa dan para pemimpin Afrika lainnya bulan lalu.
“Apakah kecaman, isolasi membawa kita lebih dekat ke perdamaian? Tidak,” kata Zaheer Laher, pelaksana tugas direktur jenderal untuk tata kelola global Afrika Selatan. "Tapi keterlibatan akan membawa para pihak lebih dekat ke negosiasi."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News