Reporter: kompas.com, Lailatul Anisah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. MinyaKita, minyak goreng kemasan bersubsidi yang diluncurkan pemerintah tahun lalu, langka di pasaran. Hal ini diketahui dari laporan dan keluhan warga di sejumlah daerah.
Bahkan, pedagang kini menjual harga Minyakita di atas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah. Di Palmerah, Jakarta Barat, misalnya, pedagang mengaku sudah kehabisan stok Minyakita sejak dua pekan yang lalu.
Apa yang terjadi dengan MinyaKita?
Penjelasan Mendag
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan sebelumnya juga mengakui adanya kelangkaan Minyakita di pasaran. Menurutnya, kelangkaan ini dikarenakan sejumlah faktor.
1. Banyaknya masyarakat beralih dari minyak goreng premium ke MinyaKita
Mengutip Kompas.com, Zulhas mengatakan, kelangkaan MinyaKita di pasaran bukan karena stok minyak goreng yang menipis, tapi akibat banyak masyarakat yang mulai beralih dari minyak goreng premium menjadi MinyaKita lantaran kualitasnya yang tidak berbeda jauh.
Mendag menegaskan, MinyaKita hanya diperuntukkan bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah. Minyak goreng kemasan rakyat (MinyaKita) dijual seharga Rp 14.000 per liter atau Rp 15.500 per kg untuk minyak goreng curah.
"Semua orang beli itu ya jadi habis. Nanti kalau semua yang beli premium jadi beli ini, ya enggak akan cukup juga. Karena udah bagus semua mau beli MinyaKita, dijualnya di retail modern, online padahal kan ini untuk pasar-pasar," ujar Zulkifli.
Baca Juga: Aprindo Membantah Menjadi Penyebab Kelangkaan MinyaKita
2. Implementasi program B35
Mendag Zulhas menuturkan, penyebab lain kelangkaan Minyakita adalah implementasi program B35 yang menyedot penggunaan CPO lebih banyak.
"B20 itu nyedot CPO 9 juta, begitu berubah jadi B35 nambah 4 juta, jadi 13 juta disedot," kata Zulhas, Senin (30/1/2023).
3. Penimbunan MinyaKita
Mengutip Kontan, Kemendag bersama Satgas Pangan Polri melakukan inspeksi mendadak (sidak) terhadap ketersediaan minyak goreng merek MinyaKita di PT Binda Karya Prima (BKP) di Marunda, Jakarta Utara, pada Selasa (7/2).
Dari pengawasan ini ditemukan, sekitar 515 ton stok MinyaKita yang diproduksi pada bulan Desember 2022 di PT BKP namun tidak didistribusikan karena belum mendapatkan Domestic Market Obligation (DMO).
Baca Juga: Bahas Pasokan MinyaKita Jelang Ramadan, Badan Pangan Nasional Panggil Pelaku Usaha
Diketahui, PT BKP merupakan produsen terbesar Minyakita di Indonesia.
Atas temuan tersebut, Menteri Perdagagan Zulkifli Hasan menegaskan agar para pelaku usaha yang memproduksi dan memperdagangkan MinyaKita untuk menaati peraturan perundang-undangan terkait tata kelola program minyak goreng rakyat yang diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 49 Tahun 2022.
4. Banyak dijual di ritel modern
Kontan memberitakan, menurut Zulhas, penyebab lain kelangkaan Minyakita di pasaran lantaran banyak dijual di ritel modern, serta banyak dijual secara online.
Padahal, mulanya pengadaan minyak kemasan dari pemerintah itu dimaksudkan dijual pasar tradisional. "Banyak yang mengadu, 'Pak kok minyak gorengnya enggak ada?' Kita cek, oh bener enggak ada, rupanya banyak di ritel modern dan jualan online," ujar Zulhas, Kamis (2/2).
Untuk itu saat ini Zulhas melarang MinyaKita dijual di ritel modern serta di platform online. Ke depan, Minyakita hanya akan dijual di pasar tradisonal.
Bantahan pernyataan Mendag
Banyak pihak yang tidak menyetujui pernyataan Mendag. Berikut rangkumannya:
- Bantahan Menko Perekonomian
Mengutip Kompas.com, Menteri Koordinasi Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menampik implementasi B35 sebagai penyebab kelangkaan Minyakita. Menurutnya, B35 justru akan meningkatkan pasokan minyak sawit dalam negeri.
"Kita antisipasi dengan peningkatan suplai di dalam negeri. Ini akan kita monitor, terutama menjelang hari besar," ujarnya di Kantor Kementerian Kordinator Bidang Perekonomian di Jakarta, Selasa (31/1/2023).
Baca Juga: MinyaKita Sulit Ditemukan, Ini yang Dilakukan Luhut
Ia menuturkan, kelangkaan Minyakita kali ini lebih pada lemahnya permintaan atau demand di dalam negeri, bukan B35. Hal ini terjadi karena adanya kampanye deforestasi yang dilakukan negara-negara Eropa.
"Ini sebabnya adalah lemahnya demand. Berkurangnya demand terjadi karena gerakan-gerakan di Eropa," jelas dia.
- Bantahan Aprindo
Mengutip Kontan, Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N Mandey membantah pernyataan Menteri Perdagangan (Mendag) yang menyebut kelangkaan MinyaKita dipasaran lantaran banyak dijual di ritel.
Ia menjelaskan bahwa MinyaKita yang diserap oleh ritel, tak lebih dari 5% dari total keseluruhan minyak goreng yang dijual di ritel modern. Sehingga tidak mungkin kelangkaan MinyaKita terjadi lantaran dijual di ritel.
"Bagaimana mungkin dibilang habis karena dijual di ritel, sementara kita cuma serap MinyaKita 2%-3% dari minyak goreng yang kita jual," kata Roy saat dijumpai di Hypermart Puri Indah, Rabu (8/2).
Baca Juga: Harga Beras dan Minyak Goreng Merobek Kantong
Ia juga mengatakan berdasarkan persentase penjualan, 85% konsumen di ritel masih membeli minyak goreng kualitas premium, bukan MinyaKita. "Jadi kalau MinyaKita tersedia atau tidak peminatnya juga tidak maksimal," papar Roy.
Menurutnya adanya kelangkaan MinyaKita yang terjadi saat ini lantaran produsen MinyaKita yang memang tidak banyak jumlahnya. Untuk itu ia berharap dengan ditingkatkan produksi MinyaKita menjadi 450 ribu ton dapat mengatasi kelangkaan di pasar.
- Bantahan Satgas Pangan
Satgas Pangan membantah adanya dugaan penimbunan MinyaKita di gudang PT Bina Karya Prima (BKP) di kawasan Marunda yang disidak Menteri Perdagangan pada Selasa (8/2).
Kepala Subbagian Satgas Pangan, Komisaris Besar Polisi (Kombes Pol) Iksyanto Bagus Pramono mengatakan, pihaknya tidak menemukan indikasi penimbunan melainkan memang stok yang ditemukan memang belum terdistribusikan.
"Stoknya belum disalurkan saja. Iya kan mereka ada waktunya untuk mengeluarkan itu," ucap Iksyanto saat dijumpai di Hypermart Puri Indah, Jakarta Barat, Rabu (8/2).
Iksyanto menyebutkan, saat ini stok yang tersimpan di Gudang PT (BKP) sedang dalam proses penyaluran sesuai dengan arahan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan.
"Sekarang lagi dipercepat kok untuk disalurkan," papar Iksyanto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News