Reporter: kompas.com, Lailatul Anisah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
4. Banyak dijual di ritel modern
Kontan memberitakan, menurut Zulhas, penyebab lain kelangkaan Minyakita di pasaran lantaran banyak dijual di ritel modern, serta banyak dijual secara online.
Padahal, mulanya pengadaan minyak kemasan dari pemerintah itu dimaksudkan dijual pasar tradisional. "Banyak yang mengadu, 'Pak kok minyak gorengnya enggak ada?' Kita cek, oh bener enggak ada, rupanya banyak di ritel modern dan jualan online," ujar Zulhas, Kamis (2/2).
Untuk itu saat ini Zulhas melarang MinyaKita dijual di ritel modern serta di platform online. Ke depan, Minyakita hanya akan dijual di pasar tradisonal.
Bantahan pernyataan Mendag
Banyak pihak yang tidak menyetujui pernyataan Mendag. Berikut rangkumannya:
- Bantahan Menko Perekonomian
Mengutip Kompas.com, Menteri Koordinasi Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menampik implementasi B35 sebagai penyebab kelangkaan Minyakita. Menurutnya, B35 justru akan meningkatkan pasokan minyak sawit dalam negeri.
"Kita antisipasi dengan peningkatan suplai di dalam negeri. Ini akan kita monitor, terutama menjelang hari besar," ujarnya di Kantor Kementerian Kordinator Bidang Perekonomian di Jakarta, Selasa (31/1/2023).
Baca Juga: MinyaKita Sulit Ditemukan, Ini yang Dilakukan Luhut
Ia menuturkan, kelangkaan Minyakita kali ini lebih pada lemahnya permintaan atau demand di dalam negeri, bukan B35. Hal ini terjadi karena adanya kampanye deforestasi yang dilakukan negara-negara Eropa.
"Ini sebabnya adalah lemahnya demand. Berkurangnya demand terjadi karena gerakan-gerakan di Eropa," jelas dia.
- Bantahan Aprindo
Mengutip Kontan, Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N Mandey membantah pernyataan Menteri Perdagangan (Mendag) yang menyebut kelangkaan MinyaKita dipasaran lantaran banyak dijual di ritel.
Ia menjelaskan bahwa MinyaKita yang diserap oleh ritel, tak lebih dari 5% dari total keseluruhan minyak goreng yang dijual di ritel modern. Sehingga tidak mungkin kelangkaan MinyaKita terjadi lantaran dijual di ritel.
"Bagaimana mungkin dibilang habis karena dijual di ritel, sementara kita cuma serap MinyaKita 2%-3% dari minyak goreng yang kita jual," kata Roy saat dijumpai di Hypermart Puri Indah, Rabu (8/2).
Baca Juga: Harga Beras dan Minyak Goreng Merobek Kantong
Ia juga mengatakan berdasarkan persentase penjualan, 85% konsumen di ritel masih membeli minyak goreng kualitas premium, bukan MinyaKita. "Jadi kalau MinyaKita tersedia atau tidak peminatnya juga tidak maksimal," papar Roy.
Menurutnya adanya kelangkaan MinyaKita yang terjadi saat ini lantaran produsen MinyaKita yang memang tidak banyak jumlahnya. Untuk itu ia berharap dengan ditingkatkan produksi MinyaKita menjadi 450 ribu ton dapat mengatasi kelangkaan di pasar.