kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

3.000 Karyawan terpapar Covid-19, Top Glove: Sarung tangan kami tetap aman


Jumat, 27 November 2020 / 11:52 WIB
3.000 Karyawan terpapar Covid-19, Top Glove: Sarung tangan kami tetap aman

Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Top Glove, produsen sarung tangan medis terbesar di dunia, melaporkan ribuan pekerjanya dinyatakan positif Covid-19 di Malaysia. Terkait hal tersebut, Top Glove telah menutup 20 lokasi produksi di Negeri Jiran tersebut.

Melansir CNBC yang melansir media lokal, sebanyak 2.684 karyawan Top Glove - mayoritas dari mereka adalah pekerja asing - telah dinyatakan positif pada Rabu (25/11/2020). Media lokal mengutip pernyataan Menteri Senior Keamanan dan Menteri Pertahanan Malaysia Ismail Sabri Yaakob.

Sejauh ini, menurut data oleh kementerian kesehatan Malaysia, kasus tersebut adalah kelompok infeksi baru terbesar di Asia Tenggara, di mana kemunculan kembali kasus-kasus tersebut memaksa pemerintah untuk menerapkan kembali langkah-langkah penguncian parsial baru.

Pihak berwenang di negara itu sedang melakukan pengujian kesehatan terhadap semua pekerja Top Glove di pabrik dan asrama yang terkena dampak virus corona. Menteri Perdagangan dan Industri Internasional Malaysia Mohamed Azmin Ali mengatakan kepada CNBC pada hari Kamis bahwa pemerintah berharap untuk "mengurangi masalah ini dalam dua minggu ke depan."

Baca Juga: Virus corona menyerang, 32.000 karyawan Disney jadi korban PHK

“Sangat disayangkan bahwa baru-baru ini, ada beberapa masalah dalam hal kasus positif yang tercatat di pabrik,” katanya kepada “Street Signs Asia” CNBC.

Azmin menunjukkan bahwa Top Glove adalah salah satu perusahaan yang diizinkan untuk melanjutkan operasi penuh di seluruh wilayah Malaysia, mengingat pentingnya produk bagi pasar lokal dan global.

Top Glove telah mencatatkan peningkatan permintaan produknya sebagai akibat dari pandemi. Hal tersebut berkontribusi pada lonjakan harga sahamnya.

Baca Juga: Penambahan kasus corona global dari 50 juta menjadi 60 juta hanya butuh 17 hari

Harga saham Top Glove yang terdaftar di bursa Malaysia dan Singapura merosot menyusul pengumuman penutupan pabriknya. Akan tetapi, harga sahamnya masih bisa naik lebih dari 300% sepanjang tahun ini di kedua pasar tersebut, data oleh Refinitiv menunjukkan.

Top Glove mengatakan dalam sebuah pernyataan Rabu bahwa sekitar 5.700 pekerjanya telah di tes virus Covid-19. Penyaringan karyawan yang tersisa mungkin selesai pada akhir pekan ini.

Pernyataan Top Glove

Sementara itu, melansir Malaymail.com, Top Glove Corporation Berhad meyakinkan konsumennya bahwa sarung tangan yang diproduksi oleh perusahaan tersebut tidak terkontaminasi oleh virus corona SARS-CoV-2.

CEO Top Glove Tan Sri Lim Wee Chai juga menekankan, bahwa semua lini produksi pabrik diotomatiskan dalam lingkungan yang terkendali dan karyawan yang melakukan kontak dengan produk yang diproduksi dilengkapi dengan peralatan perlindungan pribadi (APD).

Baca Juga: WHO: Risiko infodemik membahayakan program vaksin Covid-19

“Jawabannya tidak ada kontaminasi karena lingkungan pabrik kita cukup hangat dimana sarung tangan ditempatkan di oven yang panas di atas 110 derajat Celcius, sehingga [patogen] Covid-19 tidak dapat bertahan hidup di sana. Karyawan pabrik kami mengenakan APD sehingga tidak ada kontak langsung dengan sarung tangan,” katanya dalam konferensi pers virtual yang diselenggarakan di Zoom seperti yang dilansir Malaymail.com.

Mengenai penutupan pabriknya, direktur pelaksana Top Glove Datuk Lee Kim Meow mengatakan, perusahaan telah menghentikan operasi di 20 pabrik di wilayah Meru, Klang, sementara delapan lainnya beroperasi dengan pengurangan kapasitas sejak 17 November.

Hal ini menurutnya akan memengaruhi pengiriman setidaknya dua hingga tiga minggu, tergantung pada durasi perintah kontrol pergerakan yang ditingkatkan (EMCO) yang diberlakukan di pabrik dan asrama pekerja setelah lebih dari 3.000 pekerjanya dinyatakan positif Covid-19.

Lim mengungkapkan optimismenya meskipun ada penutupan sementara pabrik. Ini menunjukkan bagaimana perusahaan memiliki pabrik di luar negeri di Thailand, Vietnam dan China yang dapat terus memproduksi sarung tangan karet sekali pakai karena situasi berangsur-angsur kembali normal.

Top Glove, produsen sarung tangan karet terbesar di dunia, saat ini mempekerjakan lebih dari 21.000 pekerja di seluruh Malaysia.

Selanjutnya: Tips WHO untuk orang lanjut usia, biar tetap sehat di tengah pandemi corona

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×