kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.098.000   -17.000   -0,80%
  • USD/IDR 16.475   12,00   0,07%
  • IDX 8.028   2,33   0,03%
  • KOMPAS100 1.121   -2,18   -0,19%
  • LQ45 811   -3,76   -0,46%
  • ISSI 277   0,74   0,27%
  • IDX30 422   -1,94   -0,46%
  • IDXHIDIV20 486   -3,55   -0,73%
  • IDX80 123   -0,35   -0,28%
  • IDXV30 133   -0,65   -0,49%
  • IDXQ30 135   -1,04   -0,76%

3 Faktor Ini Menjadi Penyebab Anak Muda China Enggan Berkeluarga


Senin, 07 Agustus 2023 / 08:50 WIB
3 Faktor Ini Menjadi Penyebab Anak Muda China Enggan Berkeluarga
ILUSTRASI. Pemerintah China telah meluncurkan sejumlah strategi untuk mendorong warganya untuk menikah. KONTAn/Carolus Agus Waluyo

Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Selain permasalahan di atas, ada satu lagi penyebab mengapa kaum muda China semakin enggan menikah. Yakni, harga pengantin alias biaya pernikahan semakin mahal. 

Melansir pemberitaan Bloomberg pada Maret 2023 lalu, pemerintah China tengah berupaya keras untuk mengatasi hal tersebut. Terbaru, sebagai upaya untuk meningkatkan angka kelahiran yang lesu, China melakukan tindakan keras terhadap kebiasaan pernikahan yang mahal. 

Namun, hanya sedikit orang - termasuk para pejabat itu sendiri - yang melihat kebijakan tersebut akan membuat perbedaan. 

Hadiah pertunangan, atau caili, adalah tradisi di mana calon pengantin pria membayar "harga pengantin" kepada keluarga wanita untuk menunjukkan ketulusan dan kekayaannya, sekaligus memberi kompensasi kepada mereka karena membesarkan anak perempuan di negara yang telah lama menyukai anak laki-laki.  

Menurut survei terhadap 1.846 penduduk yang dilakukan oleh Tencent News pada tahun 2020, hampir tiga perempat pernikahan di China melibatkan kebiasaan tersebut. 

Keluarga diharapkan membayar puluhan ribu dolar, kelipatan dari pendapatan tahunan mereka. Ini bukan pertama kalinya pihak berwenang membidik praktik tersebut. 

Baca Juga: Saat China Pusing Alami Krisis Bayi, Ini Jurus-Jurus Jitu yang Dikeluarkan

Akan tetapi, sekarang ada kebijakan keras baru terhadap tradisi tersebut karena China mencoba untuk mendongkrak kembali penurunan demografisnya. 

Pada bulan Januari, provinsi Hebei tengah mulai menindak apa yang disebutnya "tradisi pernikahan yang jelek", yang selain caili juga termasuk permainan pernikahan yang kasar.  

Kabupaten di provinsi pesisir Jiangsu memulai kampanye bulan lalu untuk mencari "ibu mertua tercantik" yang tidak meminta terlalu banyak uang.  

Sebuah kota di Jiangxi membuat wanita lajang menandatangani surat pada bulan Februari berjanji untuk tidak meminta caili yang terlalu tinggi. 

Sementara ibu kota provinsi mengadakan pernikahan massal pada Hari Perempuan Internasional dengan slogan: "Kami ingin kebahagiaan bukan mahar pengantin."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

×