kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

2020, ekonomi AS mengalami kontraksi terhebat sejak Perang Dunia II


Jumat, 29 Januari 2021 / 11:43 WIB
2020, ekonomi AS mengalami kontraksi terhebat sejak Perang Dunia II
ILUSTRASI. Perekonomian AS mengalami kontraksi terhebat sejak Perang Dunia Kedua pada tahun 2020. REUTERS/Mike Blake

Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Perekonomian AS mengalami kontraksi terhebat sejak Perang Dunia Kedua pada tahun 2020 ketika pandemi Covid-19 menekan pengeluaran konsumen dan investasi bisnis. Kondisi itu mendorong jutaan warga Amerika kehilangan pekerjaan dan jatuh miskin.

Reuters memberitakan, meskipun pemulihan sedang berlangsung, perekonomian AS melambat secara signifikan di tengah kebangkitan infeksi virus corona dan hampir menipisnya uang bantuan dari pemerintah senilai US$ 3 triliun. Kondisi ini kemungkinan akan bertahan setidaknya hingga tiga bulan pertama tahun 2021.

Prospek ekonomi bergantung pada distribusi vaksin untuk melawan virus corona. Presiden Joe Biden telah meluncurkan rencana pemulihan ekonomi senilai US$ 1,9 triliun, tetapi beberapa anggota parlemen telah menolak keras hal tersebut setelah pemerintah menggelontorkan dana hampir US$ 900 miliar dalam stimulus tambahan pada akhir Desember.

Penasihat ekonomi Gedung Putih Brian Deese mengatakan, laporan dari Departemen Perdagangan pada hari Kamis menggarisbawahi urgensi bagi Kongres untuk mengesahkan rencana Biden. Deese memperingatkan bahwa risiko untuk tidak melakukan apa pun terlalu tinggi.

Baca Juga: Gedung Putih janji akan melindungi jaringan telekomunikasi AS dari ancaman Huawei

"Tanpa tindakan cepat, kita mengambil risiko krisis ekonomi yang berlanjut yang akan mempersulit warga Amerika untuk kembali bekerja dan bangkit kembali," kata Deese kepada Reuters.

Data yang dihimpun Reuters menunjukkan, tingkat Produk Domestik Bruto (AS) terkontraksi 3,5% pada 2020, yang merupakan penurunan terbesar sejak 1946. Hal tersebut mengikuti pertumbuhan 2,2% pada 2019 dan merupakan penurunan tahunan pertama dalam PDB sejak Resesi Hebat 2007-09.

Baca Juga: Sambil mencegah perubahan iklim, Joe Biden janji akan membuka jutaan lapangan kerja

Hampir setiap sektor, kecuali pemerintah dan pasar perumahan, mengalami kontraksi tahun lalu. Belanja konsumen, yang menyumbang lebih dari dua pertiga ekonomi, melorot 3,9%, kinerja terburuk sejak 1932. Ekonomi jatuh ke dalam resesi Februari lalu.

Penundaan oleh pemerintah untuk menawarkan paket penyelamatan lain dan gangguan bisnis baru yang disebabkan oleh virus membatasi pertumbuhan PDB ke tingkat tahunan 4,0% pada kuartal keempat. Kemunduran besar dari laju pertumbuhan bersejarah 33,4% pada kuartal ketiga membuat PDB 2,5% di bawah levelnya pada akhir 2019.

Perekonomian diperkirakan akan kembali ke level sebelum pandemi pada kuartal kedua tahun ini.

Catatan Reuters, The Federal Reserve pada hari Rabu mempertahankan suku bunga acuan semalam mendekati nol dan berjanji untuk terus memompa uang ke dalam ekonomi melalui pembelian obligasi. The Fed mencatat bahwa laju pemulihan dalam aktivitas ekonomi dan pekerjaan bergerak moderat dalam beberapa bulan terakhir.

Baca Juga: Jepang dan AS sepakat perkuat aliansi, kawasan Indo-Pasifik menghangat

Seiring dengan masalah virus yang masih berkecamuk, para ekonom memprediksi pertumbuhan ekonomi AS akan melambat hingga di bawah tingkat 2,0% pada kuartal pertama, sebelum bangkit lagi pada musim panas saat stimulus tambahan dimulai dan lebih banyak orang Amerika mendapatkan vaksinasi.

“Kami memperkirakan pertumbuhan belanja konsumen bakal memecahkan rekor pada tahun 2021 di mana rumah tangga mendapat manfaat dari versi rencana penyelamatan Biden senilai US$ 1,2 triliun, difusi vaksin secara bertahap mencapai dua pertiga orang Amerika pada bulan Juli dan percepatan penyediaan lapangan pekerjaan musim semi ini,” kata Gregory Daco, kepala AS ekonom di Oxford Economics di New York kepada Reuters.

Selanjutnya: Pakar Covid-19 ini digaji Rp 489 juta per bulan, lebih besar dari gaji Presiden AS

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

×