Sumber: Channel News Asia | Editor: S.S. Kurniawan
“Saya akan bekerja untuk orang-orang dari semua agama, terutama mereka yang didiskriminasi dan ditindas atau dirampas hak asasi manusia,” janjinya.
Tetapi, Sithu Maung menolak untuk mengungkapkan secara terbuka tentang masalah warga Rohingya yang tidak memiliki kewarganegaraan, yang penganiayaannya di Myanmar telah membuat marah komunitas internasional.
Operasi militer memaksa ratusan ribu Muslim Rohingya pada 2017 dalam kekerasan yang sekarang membuat Myanmar menghadapi tuduhan genosida. Sementara 600.000 lainnya tetap berada di Myanmar yang hidup dalam apa yang oleh kelompok hak asasi dicap sebagai kondisi apartheid.
Baca Juga: Pengakuan tentara Myanmar pembantai Rohingya: Bunuh semua yang terlihat
Juga menghadapi diskriminasi
Tapi, Muslim dari etnis lain, yang secara resmi diterima sebagai warga negara, juga biasanya menghadapi diskriminasi.
Seperti kebanyakan orang, Sithu Maung harus menunggu bertahun-tahun untuk mendapatkan KTP yang berlabel etnis "darah campuran", menurunkannya ke antrean berbeda di kantor-kantor pemerintah yang membuat orang sangat rentan terhadap korupsi.
"Orang yang belum mengalaminya tidak bisa mengerti seperti apa," katanya.
Dengan sentimen nasionalis garis keras Buddha yang semakin tinggi, ia kemudian disingkirkan sebagai calon NLD yang potensial dalam Pemilu 2015.
Tidak ada Muslim sama sekali yang terpilih menjadi anggota parlemen saat itu.
Selanjutnya: Virus corona yang sangat menular menyerang, Myanmar lockdown Kota Sittwe
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News