kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

WHO waspada, mutasi virus corona ditemukan di cerpelai dan menular ke manusia


Sabtu, 07 November 2020 / 08:55 WIB
WHO waspada, mutasi virus corona ditemukan di cerpelai dan menular ke manusia

Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - JENEWA. Untuk mencegah wabah virus corona baru lebih lanjut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sedang melihat biosekuriti di sekitar peternakan cerpelai di negara-negara di seluruh dunia.

WHO melakukan langkah tersebut, setelah Denmark memerintahkan pemusnahan cerpelai karena wabah virus corona melanda peternakan bulu hewan itu.

Maria van Kerkhove, Kepala Teknis WHO untuk Covid-19, mengatakan, penularan virus corona baru antara hewan dan manusia "menjadi perhatian".

Namun, dia menambahkan: "Mutasi (pada virus) adalah normal. Jenis perubahan pada virus ini (corona baru) adalah sesuatu yang telah kami lacak sejak awal".

Baca Juga: Masa inkubasi virus corona lebih singkat, 2 hingga 6 hari

World Health Organization (WHO)

Mutasi virus corona menimbulkan kekhawatiran

Risiko penularan virus corona, menurut van Kerkhove, jauh lebih rendah pada hewan ternak selain cerpelai, yang tampaknya jauh lebih rentan terhadap infeksi.

"Kami bekerja dengan kantor regional (WHO), di mana ada peternakan cerpelai, dan melihat biosekuriti dan untuk mencegah kejadian limpahan," kata van Kerkhove, Jumat (6/11), seperti dikutip Reuters.

Denmark mengatakan minggu ini, berencana untuk memusnahkan seluruh populasi cerpelai dan mengumumkan langkah-langkah penguncian baru yang ketat di bagian Utara untuk mencegah virus corona yang bermutasi menyebar pada hewan dan manusia.

Ini telah menimbulkan kekhawatiran bahwa mutasi virus corona dapat memengaruhi potensi kemanjuran vaksin COVID-19 yang sedang dalam pengembangan.

Baca Juga: Ada harapan, vaksin corona Oxford bisa meluncur Desember 2020

Soumya Swaminathan, Kepala Ilmuwan WHO, menyatakan, terlalu dini untuk mengambil kesimpulan tentang implikasi mutasi pada virus yang ditemukan di cerpelai.

"Kita perlu menunggu dan melihat apa implikasinya, tetapi saya tidak berpikir kita harus mengambil kesimpulan tentang apakah mutasi khusus ini akan memengaruhi kemanjuran vaksin," ujarnya. 

"Kami tidak memiliki bukti apa pun saat ini bahwa itu akan terjadi," imbuh dia.

Institut Serum Negara Denmark, yang menangani penyakit menular, menyebutkan, strain virus corona SARS-CoV-2 yang bermutasi telah ditemukan pada 12 orang dan di 5 peternakan cerpelai.

Baca Juga: Peringatan WHO: Beberapa bulan ke depan, situasi pandemi corona akan sangat sulit

Cerpelai adalah inang yang sangat baik 

Kerkhove mengatakan, keputusan Denmark untuk memusnahkan cerpelai ditujukan untuk mencegah pembentukan "reservoir hewan baru untuk virus corona".

Virus corona baru diperkirakan pertama kali melompat dari hewan ke manusia di China, mungkin melalui kelelawar atau hewan lain di pasar makanan di Wuhan. Meskipun, masih banyak pertanyaan yang belum terjawab.

Mamalia lain telah diketahui terjangkit virus corona, seperti kucing. Yang lainnya, tikus dan musang, sengaja terinfeksi untuk penelitian medis.

"Selalu ada potensi bahwa ini bisa kembali ke manusia," ungkap Mike Ryan, Pakar Kedaruratan WHO, seperti dilansir Reuters. 

Baca Juga: Lagi, WHO: Hentikan politisasi Covid-19, pandemi bukanlah sepak bola politik!

"Itu mengkhawatirkan karena spesies mamalia seperti cerpelai adalah inang yang sangat baik dan virus dapat berevolusi di dalam spesies tersebut terutama jika mereka dalam jumlah besar dan saling berdekatan," sebutnya

Tetapi, Ryan menambahkan, hewan ternak lainnya, seperti babi dan unggas, memiliki biosekuriti yang "sangat ketat" untuk mencegah virus melompati penghalang spesies.

Selanjutnya: WHO: Kita ada pada titik kritis dalam pandemi, beberapa negara di jalur berbahaya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×