Sumber: Kompas.com | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Sosial Tri Rismaharini menolak untuk menyebut aksi warga korban gempa Sulawesi Barat (Sulbar) berebut bantuan logistik disebut sebagai aksi penjarahan.
Risma pun mengakui adanya keterlambatan pengiriman logistik karena terkendala mencapai lokasi gempa. Dia menyebut, keterlambatan pengiriman logistik disebabkan jalur yang terputus akibat material longsor.
"Jadi yang seharusnya 9 jam harus nambah 6 jam lagi karena harus memutar. Semoga hari ini material longsor di jalur itu bisa dibersihkan," jelas dia.
Sebagai antisipasi agar kejadian yang sama tak terulang, Risma akan memanfaatkan balai-balai di sekitar lokasi sebagai gudang. Sudah ada 41 balai dan 6 gedung diklat yang akan dimanfaatkan untuk penyimpanan logistik.
Baca Juga: Pemerintah menetapkan status tanggap darurat di Sulawesi Barat
"Jadi sekarang kan ada di balai tertentu. Sehingga tak ada kesulitan mobilisasi saat ada masalah transportasi," ujar dia, seperti dikutip dari Tribun Jatim.
Seperti diketahui, kemarin terdapat sejumlah video viral yang memperlihatkan warga yang diduga sebagai korban gempa Sulbar mengadang mobil bantuan logistik. Pada video pertama berdurasi 30 detik terlihat warga yang salah satunya membawa senjata tajam seperti hendak mengeroyok pengendara mobil berseragam oranye.
Pada video lain, warga mengerumuni truk berwarna hijau dan satu per satu mengambil bantuan berupa mi instan. Kemudian tampak pada video, warga berdesakan untuk mengambil barang-barang yang ada di dalam mobil yang singgah.