kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

UMKM masih menjadi urat nadi perekonomian nasional


Jumat, 27 Agustus 2021 / 07:25 WIB
UMKM masih menjadi urat nadi perekonomian nasional

Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) masih menjadi urat nadi perekonomian nasional. Tren digitalisasi diyakini mampu menghadirkan ekonomi yang inklusif sekaligus mendongkrak skala bisnis UMKM.

Hal tersebut terungkap dalam riset "Digitalisasi UMKM - Kunci Pertumbuhan Inklusif Perekonomian Indonesia" yang baru diluncurkan oleh Blibli bersama Harian Kompas dan Boston Consulting Group (BCG). Riset tersebut mempelajari perkembangan mitra UMKM Blibli untuk mendapatkan potret aneka tantangan UMKM serta kesempatan yang dihadirkan oleh digitalisasi, terutama e-commerce.

Peneliti Litbang Kompas BE Satrio mengungkapkan, 77% UMKM  membuka kesempatan kerja dengan mempekerjakan orang lain sebagai karyawan. Sedangkan sisanya bekerja sendiri. Adapun, 46% menjalankan UMKM sebagai sumber pemasukan utama.

Dia melanjutkan, 57% UMKM mempekerjakan orang-orang di komunitas terdekat, seperti keluarga dan tetangga. Hal ini meningkatkan kepercayaan diri pelaku UMKM untuk berkontribusi memberdayakan masyarakat dan mengurangi pengangguran, setidaknya di lingkungan mereka sendiri.

Baca Juga: Erick Thohir beberkan strategi BUMN dalam mendukung start-up dan UMKM

UMKM pun masih memiliki daya tahan (resilience) di tengah gempuran pandemi covid-19. "Intisarinya, UMKM di Indonesia tidak lain merupakan bentuk nyata dari sosial kapital. Artinya  gotong royong itu tidak pupus tapi punya wujud baru yang sangat relevan untuk masa kini," ungkap Satrio dalam MSMEs Update 2021 dengan tema "Kobarkan Semangat, UMKM Indonesia Bangkit", Kamis (26/8).

Terkait digitalisasi, Satrio menyampaikan bahwa 74% dari UMKM yang disurvei telah familiar dengan kehadiran e-commerce. Namun, hanya 20% yang memiliki literasi digital memadai untuk memanfaatkan teknologi secara optimal. Terbatasnya literasi digital berakar dari berbagai sumber, seperti kurangnya akses ke perangkat teknologi dan pendanaan.

Padahal, literasi digital sangat penting. Selain bisa memperluas akses dan jangkauan pasar, UMKM yang sudah go online mampu menghasilkan pendapatan 1,1 kali lebih tinggi dibandingkan UMKM yang offline. Dengan kapasitas usaha yang lebih optimal, UMKM yang online bisa mempekerjakan 1,4 kali lebih banyak orang dibandingkan UMKM yang offline.

President Director Boston Consulting Indonesia Haikal Siregar juga menegaskan, digitalisasi bisa membantu UMKM untuk mengatasi permasalahan mendasar seperti perluasan akses pasar, menurunkan biaya operasional, serta memperlancar transaksi. 

Dengan peningkatan skala usaha dari digitalisasi, dampak terhadap perekonomian nasional pun akan terdongkrak. "Misalnya UMKM roti, kalau berkembang dia akan lebih banyak beli tepung dan material lainnya. Jadi dengan digitalisasi membawa kelebihan bagi UMKM sendiri, komunitas sekelilingnya, dan ada dampak bagi perekonomian nasional," ujar Haikal.

Negara-negara di Asia seperti China, Vietnam dan Jepang pun terus berupaya meningkatkan kapabilitas digitalisasi UMKM di sana. Menurut Haikal, peningkatan literasi digital UMKM di Indonesia dari 20% menjadi 50% akan berdampak terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dengan nilai yang diperkirakan mencapai sekitar US$ 38 miliar.

"Selain menghadirkan kanal penjualan, teknologi digital juga membantu UMKM dengan memperluas akses ke permodalan karena data dari platform digital dapat digunakan sebagai insights saat merancang program peminjaman yang sesuai dengan sektor tersebut,” tambah Haikal.

Namun sebagai catatan, perampingan kebijakan usaha, termasuk menghadirkan program untuk mempermudah pengurusan izin bagi yang ingin go digital, diperlukan untuk mendukung pertumbuhan UMKM.

Dalam kesempatan yang sama, CEO dan Co-Founder Blibli Kusumo Martanto menyampaikan, sebagai e-commerce lokal, Blibli telah mendukung lebih dari 130 ribu UMKM untuk menciptakan value chain bagi perekonomian di Indonesia. Di hulu, UMKM menyerap hasil produksi para penyedia bahan mentah. Kemudian, UMKM membuka lapangan kerja bagi komunitas sekitar saat proses pembuatan produk dan pengoperasian bisnis.

Baca Juga: Fintech semakin gencar lakukan kolaborasi dengan perbankan

Lalu di hilir, UMKM memunculkan kesempatan usaha baru bagi distributor dan pedagang eceran yang membawa produk mereka ke pasar-pasar di seluruh Indonesia. Inisiatif dan kolaborasi terus dilakukan, termasuk dengan pemerintah dan institusi keuangan. Hal itu penting untuk memberdayakan UMKM, termasuk memperkuat digital enterpreneurship.

Apalagi selama 10 tahun berjalan, Blibli melihat berbagai UMKM bisa sukses bukan semata-mata karena berjualan online saja, namun juga disebabkan para pelaku UMKM terus memperdalam kemampuan berwirausaha secara digital.

Kusumo menegaskan, digitalisasi bukan berarti semuanya bisa berjalan secara otomatis. Masuk ke dalam e-commerce berarti UMKM harus bersiap untuk memacu pengembangan produk dan usaha, mulai dari membuat pengemasan yang modern hingga mendapatkan sertifikasi yang relevan, untuk memenangkan pelanggan dan kompetisi pasar.

“Temuan tersebut menekankan peran penting yang dimainkan UMKM bagi ekonomi Indonesia yang inklusif. Maka itu, sangatlah tepat bagi semua sektor untuk berkolaborasi untuk menjaga keberlangsungan UMKM terutama di tengah pandemi," pungkas Kusumo.

Selanjutnya: Ditopang kredit konsumsi dan UMKM, kredit perbankan tumbuh 0,5% per Juli 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×