kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.928.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.520   -20,00   -0,12%
  • IDX 6.833   5,05   0,07%
  • KOMPAS100 987   -1,19   -0,12%
  • LQ45 765   1,61   0,21%
  • ISSI 218   -0,33   -0,15%
  • IDX30 397   1,17   0,30%
  • IDXHIDIV20 467   0,48   0,10%
  • IDX80 112   0,13   0,12%
  • IDXV30 114   0,08   0,07%
  • IDXQ30 129   0,38   0,29%

Tren Harga Energi dan Pangan Diprediksi Membuat Tingkat Inflasi Melewati Target BI


Selasa, 07 Juni 2022 / 08:35 WIB
Tren Harga Energi dan Pangan Diprediksi Membuat Tingkat Inflasi Melewati Target BI

Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Central Asia (BCA) melihat, tingkat inflasi pada tahun 2022 berpotensi melampaui batas atas kisaran sasaran Bank Indonesia (BI) yang sebesar 4% yoy. 

Kepala ekonom BCA David Sumual memperkirakan, inflasi pada tahun ini akan berada di kisaran 4% yoy hingga 5% yoy. Menurut David, potensi melambungnya inflasi pada tahun ini didorong oleh pergerakan harga energi dan harga pangan. 

“Kondisi inflasi tahun ini akan berkaitan dengan perkembangan harga energi, harga pangan, dan kondisi cuaca,” tutur David kepada Kontan.co.id, Senin (6/6). 

David memerinci, peningkatan harga energi masih berpotensi datang dari peningkatan harga minyak. Mendidihnya harga minyak dipengaruhi oleh larangan impor atau embargo minyak mentah Rusia oleh Uni Eropa, berakhirnya lockdown China sehingga mendorong permintaan energi, juga kondisi perkembangan perang. 

Baca Juga: Cadangan Devisa Pada Mei 2022 Diproyeksi Masih Berpotensi Menurun

Dengan adanya ketidakpastian global tersebut, bahkan pada awal pekan ini, harga minyak mentah Brent diperdagangkan menjadi US$ 120,40 per barel pada sore ini. Pun dengan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terangkat 61 sen menjadi diperdagangkan di US$ 119,48 per barel. 

David melihat, kondisi peningkatan harga minyak ini masih akan terjadi selama beberapa waktu ke depan. Menurut dugaannya, harga minyak di jangka pendek akan berada di kisaran US$ 100 per barel hingga US$ 120 per barel. 

Tentu peningkatan harga minyak dunia akan membawa dampak pada energi dalam negeri. Namun, belum lama ini pemerintah mengungkapkan ingin menambah anggaran subsidi energi dan kompensasi energi menjadi Rp 520 triliun. 

David mengapresiasi langkah tersebut. Menurutnya, langkah pemerintah ini masih bisa menjaga agar tingkat harga dalam negeri tidak melambung terlalu tinggi. Selain itu, upaya pemerintah memberikan bantuan sosial juga akan menjaga daya beli masyarakat. 

Baca Juga: Ada Kekhawatiran Akan Sikap The Fed, Level CDS Indonesia Naik

Selain energi, hal yang memengaruhi kondisi inflasi dalam negeri adalah harga pangan. Sejauh ini, David melihat suplai pangan dalam negeri cukup baik. Namun, pemerintah jangan jemawa. Baiknya, pemerintah dan otoritas terkait tetap menjaga suplai pangan dalam negeri agar bila terjadi hal yang terduga, ketersediaan pangan tetap terjaga. 

“Jangan sampai karena misal ada peristiwa baru, ada negara yang melarang ekspor pangan dan ini kemudian mengganggu Indonesia. Sehingga, menjaga suplai dan melakukan diversifikasi pasar impor pangan juga diperlukan,” terang David. 

Selain menjaga suplai pangan, David juga mengimbau pemerintah lebih memperhatikan lagi soal ketersediaan pupuk, di tengah beberapa negara melakukan larangan ekspor pupuk. Apalagi pupuk ini merupakan salah satu penunjang produksi pangan dalam negeri. 

Lebih lanjut, yang akan memengaruhi kondisi inflasi adalah cuaca. Saat ini Indonesia tengah mengalami ketidakpastian cuaca. Ini merupakan salah satu faktor yang tidak bisa dikendalikan oleh siapapun, sehingga mau tak mau Indonesia harus menghadapi ini. 

Adanya faktor cuaca ditakutkan menghambat kondisi panen, penanaman, pencarian ikan dan pengambilan hasil laut, dan bahkan hingga menghambat proses distribusi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

×