Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi virus corona masih menjadi momok perekonomian hingga saat ini, tak menuntut kemungkinan masih berlanjut di tahun depan. Meski begitu, tiga ekonom sepakat pertumbuhan ekonomi pada 2022 akan melesat di level 5% year on year (yoy).
Adapun prediksi pemerintah pertumbuhan ekonomi tahun depan sebesar 5,2%-5,8%. Hingga saat ini, pemerintah masih bersikukuh target tersebut bisa tercapai, meskipun baseline pertumbuhan ekonomi tahun ini lebih rendah dari prakiraan sebelumnya.
Sebab, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 3,7%-4,5% yoy. Angka tersebut di bawah prediksi sebelumnya yang berada di rentang 4,5%-5,3% yoy.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memprediksi pertumbuhan ekonomi tahun depan berada di rentang 4,5%-5% yoy, dengan mempertimbangkan kondisi pemulihan ekonomi proyeksinya pada 2021 sekitar 3%-3,5% yoy. Angka ini cenderung lebih rendah dari perkiraan awal Josua.
Meski begitu, Josua mengatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di tahun 2022 didorong oleh peningkatan mobilitas masyarakat yang ditopang juga oleh penanganan Covid-19.
Menurut Josua melonggarnya restriksi akan mendorong pertumbuhan mobilitas, yang kemudian mendorong kenaikan aktivitas ekonomi. Kenaikan pertumbuhan ekonomi di tahun 2022 juga diikuti oleh asumsi bahwa vaksinasi sudah terdistribusi merata ke sebagian besar derah di Indonesia. Sehingga herd immunity sudah mulai terbentuk di banyak daerah.
Dari sisi pertumbuhan investasi tahun 2022 diperkirakan bertumbuh positif sejalan dengan mulai berdampaknya pelonggaran-pelonggaran birokrasi melalui Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, yang sudah dibuatkan aturan turunannya di tahun ini.
“Peningkatan investasi langsung, baik dari domestik maupun asing akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja, sehingga daya beli masyarakat meningkat,” kata Josua kepada Kontan.co.id, Jumat (13/8).
Baca Juga: Pemulihan ekonomi Indonesia lambat, apa yang harus dilakukan?
Tidak hanya peningkatan permintaan domestik, Josua menilai permintaan ekspor juga diperkirakan meningkat seiring dengan pemulihan global. Sehingga meningkatkan volume ataupun harga dari komoditas ekpor Indonesia.
Sementara itu, Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman lebih optimistis dengan prediksi pertumbuhan ekonomi pada 2022 sebesar 5,17% yoy. Tapi, pertumbuhan ekonomi tahun depan sangat bergantung pada seberapa cepat Indonesia mampu mengatasi gelombang Covid-19 yang sekarang ini mulai bergeser ke luar Jawa-Bali.
Pada akhirnya pemulihan ekonomi tergantung pada program vaksinasi. Menurut Faisal, jika kedua hal tersebut dapat cepat dilakukan oleh pemerintah, maka mobilitas akan dapat naik yg mendorong konsumsi dan investasi.
“Jadi sebenarnya target pemerintah untuk 2022 masih mungkin untuk dicapai. jika berkaca pada kuartal II-2021 pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meroket ke 7% di saat PPKM belum dilonggarkan sepenuhnya maka sebenarnya masih ada kemungkinan ekonomi Indonesia melesat ke depannya,” kata Faisal kepada Kontan.co.id, Jumat (13/8).
Faisal menambahkan, dukungan pemerintah untuk menangani pandemi virus corona dalam program pemulihan ekonomi nasional (PEN) pada tahun depan masih diperlukan. Utamanya untuk bantuan sosial dan kesehatan, serta percepatan vaksin. “Saya melihat dukungan ini masih diperlukan sampai setidaknya pertengahan 2022 guna memastikan pondasi pemulihan ekonomi kuat,” ujar Faisal.
Hanya Faisal menghitung sebaiknya anggaran PEN 2022 bisa lebih mini dibandingkan tahun ini. Karena, diharapkan perbaikan pemulihan terus berangsur membaik sehingga ekonomi dapat mulai mengarah ke kondisi normal. Dus, bantuan dari pemerintah bisa ditekan.
Sejalan dengan semakin membaiknya pemulihan ekonomi maka penerimaan negara bisa meningkat, maka defisit fiskal dapat terus ditekan menuju target pemerintah kurang dari 3% dari produk domestic bruto (PDB) pada 2023.
Di sisi lain, Faisal menyampaikan faktor penghambat pemulihan ekonomi di tahun depan adalah masih seputar ketidakpastian terkait pandemi. “Apakah semua pihak sudah taat menjalankan aturan dan protokol. apakah masih banyak org yg enggan untuk divaksin. Apakah pasokan vaksin cukup. Semua itu akan berkaitan pada mobilitas yang sebenarnya adalah kunci dari pemulihan ekonomi,” kata dia.
Selain itu, ancaman terbesar di 2022 adalah kemungkinan seluruh negara maju seperti Amerika Serikat (AS) yang mulai menormalisasi kebijakan stimulus baik fiskal dan moneternya. Ini dapat menjadi ancaman karena berpotensi menaikkan yield dan terjadi capital outflow.
“Ancaman lain akan datang juga dari isu tersebut karena jika rupiah terkena hit maka ada tekanan untuk meng-adjust kebijakan moneter akomodatif Indonesia, di mana di 2022, ekonomi Indonesia masih membutuhkan dukungan kebijakan moneter akomodatif,” ucap Faisal.
Sementara itu, Kepala Ekonom Indo Premier Sekuritas Luthfi Ridho mengatakan seiring dengan semakin pulihnya ekonomi dari pandemi ekonomi dalam negeri tentunya kan membaik. “Salah satu Asumsinya adalah tingkat kecepatan vaksinasi yang 10 juta orang per bulan tetap konsisten sampai akhir tahun,” kata Luthfi kepada Kontan.co.id, Jumat (13/8).
Setali tiga uang, Luthfi berharap nantinya sudah ada sekitar 70 juta orang yang sudah dua kali vaksin di awal 2022. Sehingga pembatasan kegiatan masyarakat karena adanya kenaikan angka covid-19, diharapkan sudah tidak terjadi lagi di tahun 2022.
Oleh karenanya, melalui penanganan kesehatan yang baik, Luthfi percaya konsumsi masyarakat yang sudah pulih mulai bertumbuh dan kenaikan investasi pemerintah terus berlanjut di tahun depan.
Dengan adanya perkiraan dinamika pengendalian kesehatan dan ekonomi di tahun ini, dan perkiraan tahun depan, produksi Luthfi ekonomi pada 2020 tumbuh 3,7%-5,1% yoy. “Tapi dengan asumsi vaksinasi bisa tetap ajeg dan konsisten 10 juta orang per bulan,” ujar dia.
Selanjutnya: Pandemi masih membayangi, begini proyeksi arah kebijakan The Fed dan BI ke depan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News