kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tidak Ada Paksaan, Kurikulum Merdeka Berlaku Mulai Tahun Ajaran Baru Nanti


Sabtu, 12 Februari 2022 / 05:45 WIB
Tidak Ada Paksaan, Kurikulum Merdeka Berlaku Mulai Tahun Ajaran Baru Nanti

Sumber: Kompas.com | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pemerintah mengganti kurikulum belajar. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim mengumumkan Kurikulum Prototipe resmi berganti nama menjadi Kurikulum Merdeka. Kurikulum Merdeka akan mulai diluncurkan di sekolah lain selain sekolah penggerak. 

Meski berganti kurikulum, pemerintah tak akan memaksakan sekolah yang belum siap untuk menerapkan Kurikulum Merdeka. “Kami memberikan fleksibilitas, Kurikulum Merdeka ini sudah kita tes di 2.500 sekolah penggerak, namanya dulu Kurikulum Prototipe,” ucap Nadiem. 

Menurut Nadiem, Kurikulum Merdeka mulai bisa digunakan mulai tahun ajaran 2022/2023 di jenjang TK, SD, SMP, hingga SMA. Nadiem juga menyampaikan, sekolah bisa mengimplementasikan Kurikulum Merdeka secara bertahap atau sesuai dengan kesiapan masing-masing sekolah. 

“Satuan pendidikan bisa mengimplementasi Kurikulum Merdeka ini berdasarkan kesiapan masing-masing,” ujar dia. 

Baca Juga: Mendikbud Ristek Nadiem Makarim Sebut Kurikulum Merdeka Mulai Diterapkan pada 2022

Lebih lanjut, menurut dia, implementasi kurikulum baru ini tidak akan dipaksakan atau diwajibkan. Kurikulum Merdeka bersifat opsional. 

Nadiem menjelaskan, pihaknya memberikan 3 opsi kurikulum. Pertama, bagi sekolah yang belum siap masih bisa menggunakan Kurikulum 2013. 

Kedua, Kurikulum Darurat masih bisa digunakan bagi sekolah yang merasa ingin ada perubahan atau penyederhanaan kurikulum namun masih merasa belum siap menerapkan Kurikulum Merdeka. 

Opsi ketiga, sekolah yang sudah siap sudah bisa menerapkan Kurikulum Merdeka secara utuh ataupun bertahap. Ia memberikan kewenangan kepada guru untuk memutuskan kurikulum yang terbaik sesuai kesiapan sekolah. 

“Seperti yang kita bilang tidak perlu panik kepada guru dan kepala sekolah karena kemerdekaan dan keputusan itu ada di mereka,” ucapnya. 

Baca Juga: Program Kampus Merdeka dorong riset dan inovasi konsep pengurangan risiko



TERBARU

×