Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
Logistik Toyota, kata Bob, lebih banyak di kawasan Asia Pasifik, Timur Tengah dan Asia Selatan. Hanya sedikit yang ke Afrika, dan belum ada yang secara langsung ke Eropa. "Namun kita tahu, komponen dibuat secara global supply chain. Sejauh ini belum ada laporan impact-nya seperti apa," sebut Bob.
Dia memastikan, sampai akhir bulan ini ekspor ke Afrika dan Amerika Selatan dalam kondisi aman. Namun, untuk dua bulan ke depan, Toyota Indonesia akan melakukan simulasi risk port to port sebagai review terhadap dampak Terusan Suez. "Simulasi risiko dampak berantai untuk ke depan, mungkin ada logistik yang harus di-adjust," imbuh Bob.
Ketua Bidang Komunikasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Tofan Mahdi juga memastikan, aktivitas ekspor kelapa sawit sebagai komoditas andalan Indonesia juga belum terkendala. "Sejauh ini tidak terpengaruh," ujarnya.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menilai, secara keseluruhan, macetnya Terusan Suez belum berdampak signifikan terhadap perdagangan Indonesia. Menurutnya, dampak terhadap sektor, komoditas atau perusahaan pun akan berbeda.
Baca Juga: Prospek ekonomi AS gemilang, BI: Kesempatan emas bagi ekspor Indonesia
Sebagian besar pengangkutan ekspor atau impor menggunakan kargo lantaran secara biaya lebih murah dan efisien. Namun, perlu dipetakan terlebih dulu bagaimana jadwal pengangkutan masing-masing produk ekspor atau impor yang melewati Terusan Suez, terutama dari dan ke Eropa.
"Perlu dilihat dulu, bagaimana jadwalnya, kapan dia peak, kapan kosong. Volume tentu berubah. Misalnya bulan-bulan awal tahun ini kosong, tapi menjelang triwulan dua dan tiga itu tinggi. Itu kan juga tergantung permintaan" ungkap Tauhid.
Hingga saat ini, pemerintah pun memang masih mengkalkulasi sejauh mana dampak dari macetnya Terusan Suez terhadap perdagangan (ekspor-impor) Indonesia. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Didi Sumedi bilang, pihaknya masih melakukan konfirmasi bersama Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN). "Masih sedang dikonfirmasikan oleh Ditjen PEN," ujar Didi kepada Kontan.co.id, Minggu (28/3).
Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor non-migas Indonesia per Februari 2021 ke Uni Eropa sebesar US$ 1,13 miliar. Sedangkan impor barang non-migas dari Uni Eropa senilai US$ 1,55 miliar.
Selanjutnya: Austindo Nusantara Jaya (ANJT) alokasikan belanja modal Rp 620 miliar tahun ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News