kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45921,77   12,46   1.37%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Target jangka panjang, The Fed tetap proyeksi inflasi AS di level 2%


Rabu, 23 Juni 2021 / 05:25 WIB
Target jangka panjang, The Fed tetap proyeksi inflasi AS di level 2%

Reporter: Ferrika Sari | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Lonjakan inflasi Amerika Serikat (AS) yang terjadi di beberapa bulan belakangan dianggap hanya sementara. Federal Reserve pun tetap mempertahankan target inflasi AS di level 2%.

Proyeksi inflasi sebesar 2% akan tercapai jika keseimbangan antara pasokan dan permintaan terjadi. Mengingat lonjakan inflasi di Negeri Paman Sam yang kini terjadi disebabkan oleh keterbatasan pasokan. 

"Inflasi telah meningkat terutama dalam beberapa bulan terakhir sebagai efek keterbatasan pasokan untuk sementara. Inflasi diperkirakan akan turun kembali ke target jangka panjang kami," kata Gubernur The Fed Jerome Powell seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (22/6). 

Pernyataan Powell sama dengan konferensi pers yang dilakukan bank sentral AS itu pada Rabu (16/6) lalu. namun, hingga hari ini, investor masih cemas terhadap perkembangan pasar. 

Baca Juga: Harga tembaga naik karena dolar melemah menjelang pidato Gubernur The Fed

Pelaku pasar tengah menanti pertemuan lanjutan The Fed untuk mengetahui proyeksi pertumbuhan ekonomi serta kebijakan moneter selanjutnya yang akan dilakukan bank sentral untuk hadapi dampak pandemi Covid-19. 

Minggu lalu, pejabat The Fed mengejutkan pasar dengan pernyataannya terkait kenaikan suku bunga yang saat ini mendekati nol persen. Selain itu, muncul pembahasan mengenai kapan waktu yang tepat bagi The Fed untuk mengurangi pembelian aset senilai US$ 120 miliar. 

Sebanyak 13 orang dari 18 pejabat The Fed memperkirakan, satu kali kenaikan suku bunga akan terjadi di kuartal terakhir tahun 2023. Belasan pejabat melihat setidaknya ada potensi kenaikan suku bunga pada akhir tahun tersebut. 

Sinyal The Fed tentang kewaspadaan inflasi berdampak langsung pada pasar keuangan, kenaikan suku bunga jangka pendek dan meratakan imbal hasil jangka panjang. Dengan begitu mempersempit selisih antara imbal hasil obligasi AS tenor lima tahun dan 30 tahun.

Powell masih terdengar optimis tentang prospek pasokan pekerjaan dalam pertemuan kongres sebelumnya. 

“Jumlah pendapatan pekerja akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang karena program vaksinasi meningkat sehingga mengurangi beberapa faktor terkait pandemi yang saat ini membebani mereka,” katanya.

Beberapa pejabat Fed memperkirakan bahwa bank sentral mungkin perlu memperketat kebijakan lebih cepat dari yang diharapkan. Pandangan Powell mengikuti pernyataan sebelumnya pada Senin lalu. 

Presiden The Fed New York John Williams memperkirakan, kemacetan dan ketidakseimbangan yang dihasilkan oleh pemulihan ekonomi yang kuat akan mereda, membawa inflasi turun menjadi sekitar 2% di tahun depan dan pada tahun 2023. 

Baca Juga: Harga emas spot bersinar menjelang pidato Powell, Selasa (22/6) pagi

“Tak perlu dikatakan bahwa ada banyak ketidakpastian mulai dari prospek inflasi, dan saya akan mengamati data dengan cermat," kata Williams.

Sementara itu, Presiden Fed Dallas Robert Kaplan lebih menyukai proses pengurangan pembelian obligasi oleh bank sentral yang sedang berlangsung. Dengan begitu, pembelian obligasi lebih cepat dari proyeksi ke depan. 

Sedangkan rekannya dari St. Louis, James Bullard, menyebut bahwa pembuat kebijakan telah membuka potensi pengurangan pembelian obligasi. Baik Bullard maupun Kaplan tidak memberikan suara pada FOMC tahun ini.

Selanjutnya: Makin populer, sejumlah perusahaan China masuk 100 merek global paling bernilai

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

×