kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tak Punya Uang Lagi, Krisis Akut Sri Lanka Bakal Bertahan Hingga Akhir Tahun Depan


Rabu, 06 Juli 2022 / 11:05 WIB
Tak Punya Uang Lagi, Krisis Akut Sri Lanka Bakal Bertahan Hingga Akhir Tahun Depan
ILUSTRASI. Sri Lanka sudah menjadi negara bangkrut dan krisis akan bertahan hingga setidaknya akhir tahun depan. REUTERS/Dinuka Liyanawatte

Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Minggu ini, pihak berwenang memperpanjang penutupan sekolah, menyuruh pegawai negeri untuk bekerja dari rumah dan membatasi distribusi bahan bakar ke layanan penting karena negara itu berjuang untuk membayar pengiriman bahan bakar baru.

Krisis terjadi setelah COVID-19 menghantam ekonomi yang bergantung pada pariwisata dan memangkas pengiriman uang dari pekerja luar negeri.

Ini telah diperparah oleh penumpukan utang pemerintah yang besar, kenaikan harga minyak dan larangan impor pupuk kimia tahun lalu yang menghancurkan pertanian.

Krisis bensin

Sebelumnya diberitakan, Sri Lanka saat ini sedang berjuang untuk mengumpulkan dana senilai US$ 587 juta untuk membayar sekitar setengah lusin pengiriman bahan bakar. Hal tersebut diungkapkan oleh seorang menteri pada Minggu (3/7/2022). Saat ini, negara yang kekurangan uang itu berusaha mengatasi krisis keuangan terburuknya dalam beberapa dekade.

Melansir Reuters, negara berpenduduk 22 juta orang ini tidak mampu membayar impor bahan makanan, pupuk, obat-obatan dan bahan bakar yang penting karena krisis dolar yang parah.

Baca Juga: Ekonomi Sri Lanka Babak Belur, Jadi Pelajaran Buat Negara Lain

Menteri Tenaga dan Energi Kanchana Wijesekera mengatakan pengiriman bahan bakar baru sedang disiapkan tetapi negara tersebut sedang berjuang untuk mengumpulkan dana yang cukup untuk membayar karena bank sentral hanya dapat memasok sekitar US$ 125 juta.

Menurut Wijesekera, saat ini Sri Lanka hanya memiliki 12.774 ton solar dan 4.061 ton bensin yang tersisa di cadangan pemerintahnya.

"Minggu ini kami membutuhkan US$ 316 juta untuk membayar pengiriman baru. Jika kami menambahkan dua pengiriman minyak mentah, jumlah ini meningkat menjadi US$ 587 juta," kata Wijesekera.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

×