kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tahun ini, Surveyor Indonesia bidik pendapatan Rp 1,45 triliun


Selasa, 03 Agustus 2021 / 05:35 WIB
Tahun ini, Surveyor Indonesia bidik pendapatan Rp 1,45 triliun

Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Surveyor Indonesia (Persero) mengejar pertumbuhan kinerja pendapatan dan laba bersih sepanjang 2021. Perusahaan jasa survei, inspeksi dan konsultasi plat merah ini menargetkan pendapatan senilai Rp 1,45 triliun.

Direktur Utama PT Surveyor Indonesia (PTSI) Muhammad Haris Witjaksono menyampaikan, pendapatan tahun ini ditargetkan bisa tumbuh dikisaran 3% dibandingkan realisasi tahun lalu. Sepanjang 2020, PTSI meraih pendapatan usaha senilai Rp 1,41 triliun.

Harris bilang, pandemi covid-19 turut berdampak pada industri jasa Testing, Inspection and Certification (TIC). Alhasil, sepanjang tahun lalu PTSI juga fokus pada proses-proses penanganan pandemi di lingkup karyawan sembari mengubah model-model operasi.

Baca Juga: Gelar sosialisasi, BUMN Jasa Survei siap kolaborasi untuk kemajuan Indonesia Timur

Strategi yang dilancarkan PTSI bertumpu pada dua hal pokok. Pertama, desentralisasi bisnis, termasuk penguatan kompetensi, kapasitas dan portofolio usaha. Kedua, digitalisasi proses bisnis untuk  meningkatkan efisiensi operasional dan meminimalkan risiko.

"Kami mengembangkan investasi yang cukup besar di bidang teknologi informasi agar operasional bisa berjalan dengan baik, beradaptasi dengan situasi yang berkembang sangat cepat. Sehingga kami memastikan pelayanan bisa terselenggara tanpa mengecewakan pelanggan," kata Harris dalam media conference 30 Tahun PT Surveyor Indonesia yang digelar Senin (2/8).

Dengan strategi tersebut, dari realisasi pendapatan senilai Rp 1,41 triliun, PTSI mampu meraih laba bersih sebesar Rp 102 miliar pada periode 2020. Dilihat dari segmen usahanya, jasa survey menjadi penyumbang pendapatan terbesar pada tahun lalu dengan nilai Rp 480,1 miliar.

Disusul oleh jasa inspeksi sebesar Rp 398,7 miliar, jasa verifikasi (Rp 290,7 miliar), jasa konsultasi (Rp 163,45 miliar), jasa sertifikasi (Rp 66,1 miliar) dan jasa testing (Rp 19,9 miliar).

Sedangkan jika dirinci dari sektor pengguna jasa, minyak & gas (migas) dan sistem pembangkit berkontribusi paling besar dengan menyumbang 41,1%. Selanjutnya berasal dari sektor penguatan institusi dan kelembagaan (21.9%), sektor mineral dan batubara (19,5%), serta sektor infrastruktur (17,6%).

Merujuk pada hasil kajian KPMG, nilai pasar TIC di Indonesia pada tahun 2020 sebesar US$ 602,8 juta. Berdasarkan proyeksi tersebut, PTSI memiliki market share sebanyak 17,14% di industri TIC Indonesia pada tahun lalu.

Sementara untuk tahun ini, Harris menjelaskan bahwa fokus dan strategi PTSI masih mengacu pada Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) tahun 2020-2024, yang telah diselaraskan dengan rencana strategi atau master plan klaster jasa survei.

Segmen layanan PTSI mencakup sektor migas dan sistem pembangkit, minerba, infrastruktur, dan penguatan institusi dan kelembagaan. Sektor lain yang menjadi target pasar dan pengembangan strategic partnerships adalah sektor informastion, communication tecnology (ICT), lingkungan dan agrikultur, makanan dan kesehatan, energi baru dan terbarukan, serta infrastruktur transportasi.

"Sejumlah sektor seperti lingkungan, makanan dan kesehatan tidak akan pernah habis, akan terus muncul dan berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi, daya beli dan kesejahteraan masyarakat kita," kata Harris.

Pengembangan lainnya juga akan dilakukan pada jasa yang terkait Lembaga Pemeriksa Halal (LPH). Dengan holding jasa survei yang diperkirakan segera terbentuk pada tahun ini, pengembangan pada segmen jasa geospasial, pemetaan, Internet of Think (IoT) dan Artificial Intellegence (AI) bakal menjadi fokus pertumbuhan bisnis ke depan.

Dengan sejumlah strategi yang disiapkan, Harris optimistis target pendapatan Rp 1,45 triliun bisa tercapai. Lewat raihan itu, PTSI pun mengejar laba bersih sebesar Rp 154,4 miliar atau bisa tumbuh 51,3% dibandingkan realisasi laba bersih tahun lalu.

Hingga semester pertama, PTSI membukukan pendapatan sebesar Rp 670 miliar atau 46,2% dari target. Angka itu tumbuh 3% dibandingkan realisasi pendapatan pada Semester I-2020. Adapun laba bersih yang berhasil diraih PTSI pada Semeter I-2021 sebesar Rp 81 miliar. Melonjak 61% dibandingkan laba bersih PTSI pada Semester I-2020.

"Beberapa kegiatan yang sudah masuk pada pipeline kami Insha Allah akan mendukung capaian sampai akhir tahun. Jadi enam bulan ke depan kami akan tetap tumbuh, terutama pada proyek-proyek yang terkait kebutuhan publik, itu yang akan jadi fokus utama kami," pungkas Harris.

Selanjutnya: Persiapan holding, BKI, Sucofindo, dan SI siapkan strategi bisnis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×