Reporter: Vina Elvira | Editor: Handoyo .
Vidjongtius menilai, pemerintah perlu menunjang ulang soal rencana perluasan pajak ke sektor industri farmasi. Sebab, tidak semua sektor di industri farmasi mengalami pertumbuhan positif selama pandemi Covid-19. Seperti halnya dengan obat resep yang justru mengalami penurunan pada saat pandemi.
“Tapi segmen vitamin, masker, misalnya terjadi pertumbuhan positif. Kami belum tahu perluasan perpajakan apa saja yg akan dilakukan,” ungkapnya.
Meski diterpa pandemi Covid-19, Kalbe masih mencatatkan kinerja perusahaan yang positif di tahun 2020. Vidjongtius menyebut, secara konsolidasi pendapatan penjualan Kalbe di 2020 mengalami pertumbuhan.
Hingga saat ini, Kalbe belum merilis secara resmi kinerja keuangan sepanjang tahun 2020. Namun, berdasarkan catatan laporan keuangan Kuartal III 2020, Kalbe Farma membukukan pendapatan sebesar Rp 17,095 triliun atau tumbuh 1,57% dari periode yang sama di tahun lalu sebesar Rp 16,826 triliun.
Pertumbuhan juga terjadi pada laba rugi yang dapat diatribusikan kepada entitas induk. Perseroan mencatat laba rugi yang dapat diatribusikan kepada entitas induk pada Kuartal III 2020 meningkat 10,43% dari periode yang sama di tahun lalu, yaitu dari Rp 1,912 triliun menjadi Rp 2,135 triliun.
Kalbe juga mendulang pertumbuhan positif pada jumlah laba rugi komprehensif yang dapat diatribusikan ke entitas induk. Laporan keuangan Kuartal III 2020 mencatat laba rugi komprehensif yang dapat diatribusikan ke entitas induk sebesar Rp 2,135 triliun, atau tumbuh 10,43% dari Kuartal III 2019 yang sebesar Rp 1,912 triliun.
Per kuartal III 2020, emiten berkode saham KLBF ini melaporkan jumlah aset tumbuh 9,74% dibandingkan periode 31 Desember 2019 menjadi Rp 22,450 triliun. Sedangkan jumlah lialibilitas sebesar Rp 4,547 triliun dan ekuitas Rp 17,902 triliun.
Selanjutnya: Kalbe Farma (KLBF) Pastikan Komersialisasi Vaksin Covid-19 pada Kuartal III
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News