kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tahun 2022, INACA memproyeksikan pergerakan penumpang bisa tembus 70 juta


Jumat, 19 November 2021 / 09:15 WIB
Tahun 2022, INACA memproyeksikan pergerakan penumpang bisa tembus 70 juta

Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi covid-19 telah merontokkan industri penerbangan. Meski belum bisa mencapai ke level normal, tapi asosiasi perusahaan penerbangan nasional alias Indonesia National Air Carrier Association (INACA) melihat adanya tren pemulihan dengan sejumlah catatan.

Ketua Umum INACA Denon Prawiraatmadja menyampaikan, selama dua tahun terakhir, pandemi Covid-19 memiliki efek yang signifikan dan berdampak langsung pada industri penerbangan dunia, termasuk pasar Indonesia serta industri pariwisata dalam negeri. Adapun pemulihan industri penerbangan tak bisa dilepaskan dari penanganan pandemi serta kebijakan yang diambil pemerintah di sektor transportasi.

Sejauh ini, Denon menyebut pengendalian kasus covid-19 dan gencarnya vaksinasi telah menumbuhkan pergerakan penumpang pesawat. Meski tak merinci, tapi Denon memberikan gambaran bahwa secara umum, pergerakan penumpang sudah tumbuh positif di atas 50% dibandingkan tahun lalu.

"Pada 2020, angkanya dikisaran 23 juta penumpang. Tentu di 2021 ini kami berharap dengan aturan PPKM yang sudah rendah, bisa memberikan suatu prospek yang positif bagi industri penerbangan," kata Denon dalam sesi jumpa pers Rapat Umum Anggota (RUA) 2021 secara virtual, Kamis (18/11).

Denon bilang, INACA pun menyusun white paper terkait prospek industri penerbangan nasional yang dibuat bersama Universitas Padjajaran (Unpad). INACA memproyeksikan pemulihan industri penerbangan domestik akan semakin baik pada tahun 2022, meski baru akan kembali ke level optimal pada 2024.

Sedangkan untuk penerbangan internasional diprediksi mulai membaik pada akhir tahun 2023, dan kembali ke level optimal pada tahun 2026. Selain adanya pengendalian pandemi dan juga memperluas program vaksinasi, INACA juga berharap dukungan  dari pemerintah untuk mendorong pemulihan industri penerbangan.

Baca Juga: Dampak pembatasan mobilitas saat libur Natal dan Tahun Baru

Denon mencontohkan adanya stimulus biaya Passenger Service Charge (PSC) yang diberikan oleh Kementerian Perhubungan pada Desember 2020 lalu. Dia pun berharap regulasi pemerintah seperti Undang-undang No. 7 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan tidak bersifat disinsentif terhadap pemulihan industri penerbangan.

"Pastinya INACA akan berkolaborasi dengan pemerintah terkait aturan yang dapat merelaksasi, agar proses recovery tidak terlalu lama. Sehingga pada tahun 2023-2024 jumlah penumpang penerbangan domestik yang berjumlah 80% ini, bisa kembali seperti di 2018 atau 2019," terang Denon.

Di sisi lain, pemerintah berencana untuk menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3 di seluruh wilayah, berlaku mulai 24 Desember 2021 sampai dengan 2 Januari 2022. Mengenai dampak dari kebijakan ini terhadap industri penerbangan, sayangnya pihak INACA belum memberikan penjelasan secara spesifik.

Sekretaris Jenderal INACA Bayu Sutanto memahami, langkah yang diambil pemerintah tersebut untuk mengantisipasi kekhawatiran adanya euforia liburan di akhir tahun. "Pada momentum Natal dan Tahun Baru dikhawatirkan terjadi peningkatan (kasus covid-19), karena yang terjadi di negara lain sama, akibat adanya semacam euforia perjalanan yang bebas," ungkapnya.

Dia berharap, langkah tersebut bisa mencegah munculnya gelombang ketiga penyebaran covid-19 yang masif pada awal tahun depan. Dengan begitu, pemulihan ekonomi termasuk industri penerbangan bisa lebih optimal. 

Dalam hal ini, Bayu memberikan sejumlah catatan. Pertama, program vaksinasi tetap harus digenjot oleh pemerintah hingga bisa mencapai level cakupan 70% pada pertengahan tahun 2022. Pasalnya sampai saat ini cakupan vaksinasi dosis kedua baru mencapai 41%.



TERBARU

×