Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo .
Sementara itu, hingga akhir Desember 2020 biaya dana perseroan tercatat sebesar 3,22%, atau turun sebesar 36 poin dari periode Desember 2019. Tren penurunan ini selaras dengan turunnya suku bunga acuan. Seiring dengan kenaikan DPK, "Hingga akhir tahun 2020 penempatan dana pada SBN trennya masih meningkat," imbuh Aestika.
Di tengah tantangan pandemi, PT Bank Central Asia Tbk juga berhasil mencatatkan kinerja dana pihak ketiga yang sehat, di mana current account and savings account (CASA) tumbuh 21,0% YoY mencapai Rp 643,9 triliun.
Sementara itu, deposito berjangka meningkat sebesar 14,0% YoY menjadi Rp196,9 triliun. Secara total, dana pihak ketiga naik 19,3% YoY menjadi Rp840,8 triliun di tahun 2020. Selain itu, total aset perseroan mencapai Rp1.075,6 triliun atau naik 17,0% YoY.
"Kami berterima kasih dan mengapresiasi kepercayaan nasabah kepada BCA. Kepercayaan ini memotivasi kami untuk terus berkomitmen meningkat pelayanan sesuai kebutuhan nasabah terkini dan selanjutnya bersama-sama kontribusi dalam menggerakkan roda perekonomian nasional," ujar Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA, Hera F Haryn.
Di tahun baru 2021 dan di tengah tantangan yang ada, BCA tetap berharap geliat perekonomian di Indonesia akan bangkit kembali seiring dengan pemulihan yang saat ini mulai berjalan disertai dengan penerapan protokol kesehatan dan berbagai kebijakan strategis dari regulator dan otoritas perbankan.
PT Bank Woori Saudara Tbk (BWS) mencatatkan peningkatan DPK per November 2020, namun rasio CASA-nya turun ke 24,12% dari 35,6% pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Direktur Business Support Bank Woori Sadhana Priatmadja menjelaskan, dana murah perseroan masih didominasi giro. Sementara pada bulan November terjadi penarikan giro yang cukup besar oleh perusahaan untuk bertransaksi sehingga porsi CASA menurun.
Tahun ini, BWS menargetkan komposisi CASA sekitar 38%. Sadhana bilang, pihaknya akan berupaya mendorong porsi tabungan ke depan. Untuk mencapai itu, BWS sudah menerbitkan tabungan cerdas dengan target market kaum milenial dengan fitur produk elektronik /digital. "Kami juga akan melakukan strategi dengan menurunkan bunga DPK, mengganti dengan dana mahal dengan dana murah," ujar Sadhana.
Ia mengatakan, sampai dengan Januari 2021 masih belum ada peningkatan yang berarti untuk DPK. "Diharapkan akhir Februari dan Maret sudah mulai meningkat," katanya.
Menurutnya, di tahun ini tren pinjaman akan meningkat, karena otoritas dan pemerintah memberikan stimulus seperti penurunan pajak untuk sektor otomotif, mendukung pembiayaan hunian dan seterusnya.
Sementara itu, penghimpunan DPK yang akan dilakukan oleh Bank Mayora sesuai dengan kebutuhan penyaluran kredit, untuk menghindari idle fund yang terlalu tinggi. Di samping itu, Bank juga akan menjaga komposisi sumber dana murah tetap stabil untuk menjaga NIM.
Slamet Riyadi, Corporate Communication Division Head mengatakan, per Januari 2021 DPK tumbuh 4,80% dari Desember 2020, ditopang oleh kenaikan Giro. Selain itu Slamet mengatakan, per Jan 2021 dana di SBN hanya sebesar 0,17% dari total aset, cenderung menurun 50% apabila dibandingkan Desember 2020.
"DPK mungkin akan menurun seiring penurunan suku bunga acuan BI yang sudah diturunkan ke level terendah saat ini yaitu 3.5%. Namun hal ini harusnya tidak akan menjadi masalah mengingat saat ini sumber pendanaan kami masih mencukupi untuk menjaga likuiditas dan juga untuk mendukung penyaluran kredit tahun ini, yang diperkirakan masih belum terlalu agresif mengingat dunia usaha masih bersikap wait and see dalam situasi pandemi saat ini," jelas Slamet.
Selanjutnya: Aset perbankan diyakini bakal naik lebih tinggi tahun ini, berikut alasannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News