Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tendi Mahadi
Irfan juga berharap, pada 2021 akan ada peningkatan frekuensi penerbangan kargo dan apabila dimungkinkan untuk membuka rute penerbangan kargo ekspor tentunya akan dilakukan pembukaan jalur baru.
Selain itu Irfan juga mengungkapkan, Garuda Indonesia telah berhasil mempertahankan konsistensi kinerja bisnis kargo maupun charter yang menunjukkan potensi yang semakin menjanjikan ke depannya.
Irfan juga menyinggung terkait holding BUMN Pariwisata. Ia mengungkapkan bahwa Peraturan Pemerintah (PP) terkait hal tersebut belum selesai pada 2020. Realisasi holding BUMN pariwisata dan pendukung akan direalisasikan pada tahun depan menyesuaikan dengan selesainya Peraturan Pemerintah.
Baca Juga: Kondisi perusahaan tidak aktif, Kalbe Farma (KLBF) menutup anak usaha
Sebelumnya, PP terkait dengan holding ini diharapkan bisa rampung pada tahun ini. Namun ternyata payung hukumnya belum bisa dirampungkan di tahun ini, karena terdapat sejumlah hal yang masih difinalisasikan, dan juga untuk memastikan tidak adanya isu persaingan usaha dengan terbentuknya holding ini
"Tahun 2021 diperkirakan akan selesai PP terkait holding BUMN Pariwisata tersebut. Kami tentunya akan mendukung hal tersebut, dan berharap sinergi Garuda dan teman-teman seperti Angkasa Pura menjadi lebih baik dan lancar dengan adanya rencana ini," ucap Irfan.
Sebagai informasi, BUMN dari sektor pariwisata dan aviasi rencananya akan digabungkan dalam satu holding. Holding pariwisata dan penerbangan akan melibatkan enam perusahaan pelat merah dan anak-anak usahanya.
Keenam perusahaan itu adalah, PT Angkasa Pura I (Persero), PT Angkasa Pura II (Persero) PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Inna Hotels & Resorts, PT Sarinah (Persero), Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), serta Taman Wisata Candi (TWC). Adapun PT Survai Udara Penas ditunjuk sebagai induk holding.
Selanjutnya: Adaro Energy (ADRO) optimistis industri batubara masih prospektif secara fundamental
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News