kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.924   6,00   0,04%
  • IDX 7.202   60,78   0,85%
  • KOMPAS100 1.106   11,13   1,02%
  • LQ45 878   12,09   1,40%
  • ISSI 220   0,63   0,29%
  • IDX30 449   6,48   1,46%
  • IDXHIDIV20 540   5,30   0,99%
  • IDX80 127   1,46   1,16%
  • IDXV30 134   0,17   0,13%
  • IDXQ30 149   1,68   1,14%

Sepanjang tahun lalu, pinjaman P2P lending melesat 91,3%


Jumat, 29 Januari 2021 / 04:30 WIB
Sepanjang tahun lalu, pinjaman P2P lending melesat 91,3%

Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi

Tak hanya itu, Akseleran melihat prospek sektor terbaru di tahun ini. Ivan bilang juga akan membidik pinjaman terkait Covid-19, seperti pengadaan bantuan sosial termasuk pengadaan vaksin, rapid test, serta alat pelindung diri (APD).

Sedangkan PT Pinduit Teknologi Indonesia (Pintek) optimis bisnis pinjam meminjam sektor pendidikan di 2021 makin moncer. Co-Founder dan Direktur Utama Pintek, Tommy Yuwono memproyeksi pinjaman pada tahun ini bisa mencapai Rp 400 miliar.

Nilai itu meningkat dibandingkan realisasi penyaluran hingga 2020 sebesar Rp 100 miliar. Guna mencapai target itu, Pintek akan lebih fokus pada pembiayaan B2B yang menyasar sekolah maupun pemasok kebutuhan sekolah.

Baca Juga: Awas, pinjol ilegal punya sejumlah modus baru untuk mencari mangsa

“Sebelumnya kita sudah menjalankan produk student loan. Namun saat pandemi ada persoalan baru, dimana sekolah harus melakukan transformasi secara digital terutama kebutuhan akan gadget. Sedangkan sekolah kesulitan memenuhi dana untuk keperluan itu, jadi kita talangi terlebih dahulu,” ujar Tommy kepada Kontan.co.id.

Ia menjelaskan, Pintek memberikan pinjaman invoice kepada para vendor yang telah terhubung dalam platform Sistem Informasi Pengadaan di Sekolah (SIPlah) milik Kemendikbud. Pinjaman ini menggunakan invoice project yang diterbitkan atau PO yang diterima dari mitra sekolah. Ketika sekolah membayar ke vendor, maka vendor bisa mengembalikan pinjamannya kepada Pintek.

Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) memperkirakan pembiayaan fintech tahun ini akan mencapai Rp 100 triliun. Hal itu berdasarkan tren pembiayaan pada tahun sebelumnya.

Fintech pendanaan akan terus mendukung perekonomian nasional dengan mengisi gap kredit dari total kebutuhan kredit nasional," kata Juru Bicara AFPI Andi Taufan.

Terlebih, berdasarkan data Bank Dunia disebutkan bawah total kebutuhan dana kredit mencapai Rp 1.649 triliun. Dari situ, masih terdapat kesenjangan kredit di Indonesia sekitar Rp 988 triliun per tahun karena kapasitas kredit industri tradisional sekitar Rp 660 triliun.

Baca Juga: Pemerintah dan Asosiasi Fintech Indonesia kembangkan ekonomi digital nasional

Sementara pendanaan baru dari fintech baru mengisi 7% gap kredit tahun ini. Hal ini menjadi menjadi tantangan bagi industri fintech lending dalam negeri untuk terus meningkatkan peranan.

Guna mengisi gap tersebut, pembiayaan fintech gencar berkolaborasi dengan ekosistem layanan pendukung untuk memperluas akses pendanaan. Kolaborasi itu melibatkan lembaga lain seperti e-commerce, fintech payment, asuransi, modal ventura serta perbankan.

Selanjutnya: P2P lending KawanCicil sudah salurkan pinjaman senilai Rp 175,91 miliar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

×