Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. BUMN Karya rajin melakukan divestasi aset jalan tolnya. Teranyar, PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) melepas seluruh kepemilikan atau setara 55% saham di PT Cibitung Tanjung Priok Tollways (PT CTP).
Analis Pilarmas Investindo Sekuritas, Johan Triantoro menuturkan secara umum divestasi yang dilakukan merupakan langkah strategi perusahaan dalam meringankan beban perusahaan dalam operasional. Menurutnya, keputusan divestasi yang dilakukan oleh manajemen pada prinsipnya untuk menjaga keberlangsungan usaha dan meningkatkan nilai efisien, sehingga kebijakan divestasi tidak selalu dihadapkan pada konotasi negatif saja.
"Keputusan melakukan divestasi seiring strategi manajemen dalam menjaga keberlanjutan usahanya, di mana aktivitas konstruksi membutuhkan biaya yang tidak kecil sehingga berdampak pada arus kas perusahaan," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (14/10).
Ia menuturkan, dalam aktivitas proyek didominasi dengan konsep turn key projects, yang artinya dananya baru diperoleh setelah proyek selesai. Hal tersebut akan menimbulkan sumber permasalahan terhadap cash flow perusahaan sehingga akan berdampak pada penyelesaian pekerjaan lantaran berpotensi terhadap beban atau utang yang siap ditanggung perusahaan.
Baca Juga: Waskita Karya kantongi restu DPR laksanakan right issue dengan target Rp 4 triliun
Sementara, divestasi yang dilakukan oleh perusahaan akan berdampak langsung pada penerimaan kas. "Hal itu menjadi tambahan dana segar bagi perusahaan sehingga ini berpotensi menjaga fundamental neraca keuangan dan juga menjaga arus kas perusahaan dan juga berpotensi memperbaiki struktur modal karena ekuitas perusahaan yang meningkat," paparnya.
Senada, analis RBH Sekuritas, Andrey Wijaya, melihat, divestasi saham terutama di jalan tol seharusnya dampaknya positif untuk BUMN Karya. Sebab, bisa meningkatkan posisi kas dan mengurangi utang bank. Menurutnya, beberapa BUMN Karya DER-nya cukup tinggi, seperti WSKT. Hanya saja, Andrey menilai masih dalam kondisi yang bisa di-managed.
Menilik RTI, DER WSKT tercatat sebesar 1.151,19%, WIKA 332,68%, PTPP 385,10%, dan ADHI sebesar 600,16%.
Nah, dengan divestasi yang dilakukan BUMN Karya, ia memproyeksikan BUMN karya mampu mengalami pemulihan baik dari kinerja maupun neraca keuangannya. "Setelah angka pandemi turun, pemerintah kelihatannya akan kembali fokus untuk meningkatkan pembangunan infrastruktur," sebutnya.
Baca Juga: Waskita Karya (WSKT) masih terus melakukan divestasi jalan tol
Oleh sebab itu, ia menilai saat ini sudah saatnya melakukan akumulasi saham BUMN Karya.
Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana melihat secara teknikal pergerakan saham-saham BUMN Karya masih berpotensi untuk bergerak menguat. Hal itu terlihat dari pergerakan indikator baik MACD yang masih bergerak menguat.
"Namun dapat diperhatikan dari sisi Stochastic yang sudah cenderung overbought. Selama tidak menembus level-level support krusialnya, maka koreksi yang terjadi merupakan koreksi minor dan wajar pada saham-saham BUMN Karya," jelasnya.
Dari sana, untuk level support ia bilang WIKA berada di Rp 1.150 dengan target harga Rp 1.700, lalu ADHI di Rp 935 dengan target harga Rp 1.400. Kemudian, untuk PTPP level support di Rp 1.065 dengan target harga Rp 1.600 dan WSKT di Rp 905 dengan target harga Rp 1.250.
Selanjutnya: PMN Membengkak dan Masih Tersendat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News