kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sejumlah bank besar rajin memupuk modal


Selasa, 23 November 2021 / 08:15 WIB
Sejumlah bank besar rajin memupuk modal

Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persaingan bank bermodal tebal akan makin ketat seiring dengan peningkatan modal inti sejumlah bank besar pada tahun ini.  Ada dua bank yang baru masuk kelompok Bank BUKU IV karena yang memiliki modal inti di atas Rp 30 triliun tahun ini.

Mereka adalah PermataBank dan Bank OCBC NISP dengan modal inti, masing - masing sebesar Rp 43,14 triliun dan Rp 30,65 triliun pada September 2021. 

Pada Januari lalu, Permata Bank resmi menjadi bank BUKU IV setelah melakukan penambahan modal dengan rights issue dan suntikan modal dari Bangkok Bank. Dengan modal yang besar, bank berkomitmen untuk mengembangkan platform dan layanan digital banking. "PermataBank akan terus mendukung kebutuhan finansial para nasabah, terutama selama pemulihan saat ini," kata Komisaris Utama PermataBank Chartsiri Sophonpanich. 

Masih pada tahun yang sama, pemodalan Bank OCBC juga semakin kuat. Modal inti bank komersil ini sudah menyentuh Rp 30,03 triliun sejak semester pertama 2021. Kemudian bertambah lagi jadi Rp 30,65 triliun pada tiga bulan berikutnya. 

Baca Juga: OJK akan batasi pendanaan fintech dari super lender, ini dampaknya terhadap bank

Sejak awal tahun, bank menengah ini punya peluang besar untuk naik kelas menjadi Bank BUKU IV. Bahkan, Rapat Umum Pemegang Saham Tahun (RUPST) OCBC NISP telah menetapkan penggunaan laba bersih buku 2020 sebesar Rp 2,1 triliun untuk memperkuat permodalan. 

Peningkatan modal itu juga diikuti bank lain. Sebut saja, Bank BTPN yang berhasil kumpulkan modal inti secara organik sebesar Rp 27,02 triliun pada kuartal tiga 2021. Dengan kesuksesan itu, modal inti bank ini berpotensi terus bertambah pada tahun depan. 

Terlebih, bank swasta ini juga berhasil catatkan kinerja positif. Hingga September 2021, laba bersih setelah pajak naik 32% yoy menjadi Rp 2,05 triliun. Rasio kecukupan modal (CAR) juga pada tingkat yang kuat di level 25,6%. 

Dalam keterangan resmi, Oktober lalu, Direktur Utama BTPN Ongki Wanadjati Dana mengatakan, bahwa peningkatan kinerja tersebut berkat perbaikan ekonomi dan optimisme masyarakat. Oleh karena itu, perusahaan akan mengutamakan prinsip kehati-hatian dalam beradaptasi di era normal baru. 

Tak hanya bank konvensional, bank syariah juga meramaikan kelompok bank bermodal tebal. Salah satunya, BSI yang memiliki ambisi menjadi bank BUKU 4 pada tahun depan. Bank pelat merah ini telah menyiapkan berbagai strategi untuk memperkuat modal mulai dari rights issue dan laba ditahan (retained earnings).

Baca Juga: Anak usaha IFG gandeng BTN dan BNI, wujudkan asuransi kredit yang sehat

Hal ini pernah diungkapkan oleh Direktur Utama BSI Hery Gunardi saat akan proses penggabungan tiga bank syariah BUMN yakni Bank Mandiri Syariah, BNI Syariah, dan BRI Syariah akan dilakukan.  “Pasca merger modal Bank Syariah Indonesia akan mencapai Rp 20,4 triliun, dan harapannya bisa menjadi BUKU 4 pada awal 2022," terang Hery, dalam paparan daring pada awal tahun.

Sebelumnya, pemegang saham BSI menyatakan, akan membidik dana rights issue Rp 7,2 triliun. Dengan aksi korporasi tersebut dan laba ditahan, modal inti BSI bisa tembus Rp 30 triliun. Mengingat modal inti per September 2021 sudah capai Rp 22,63 triliun. 

Tak berbeda jauh, Bank BTN juga berkeinginan memperkuat permodalan. Bank ingin memperkuat tier 1 capital karena termasuk yang paling rendah di antara bank BUMN lain. Hingga kuartal tiga 2021, modal inti Bank BTN masih sebesar Rp 17,96 triliun. 



TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

×