kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Secondary market rumah mewah terkontraksi, ini dampaknya ke bisnis properti


Jumat, 09 Juli 2021 / 06:30 WIB
Secondary market rumah mewah terkontraksi, ini dampaknya ke bisnis properti

Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Secondary market atau pasar sekunder bagi rumah mewah dikabarkan mengalami kontraksi. Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) menyebut terjadi koreksi harga di tengah kenaikan penawaran properti di kawasan elite. AREBI mencatat 5%-10% properti dijual lebih murah ketimbang harga pasar.

Ketua Umum Realestat Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida menyampaikan, penurunan harga jual pada rumah mewah di secondary market bisa jadi merupakan kasuistik, terjadi pada wilayah dan kasus tertentu. Sehingga, tidak serta-merta menggambarkan pasar properti secara keseluruhan.

Namun Totok mengamini pasar properti kelas atas untuk penjualan baru (first transaction) pun saat ini sedang dalam kondisi stagnan. Penurunan yang terjadi pada tahun lalu belum bisa terdongkrak di tahun ini.

Baca Juga: Di tengah pandemi, Adhi Karya dorong anak usaha melantai di BEI pada akhir tahun ini

Untuk bisa mengangkat secondary market, Totok menyebut perlu lebih dulu ada pemulihan pasar pada properti kelas atas di segmen penjualan baru. Namun mendongkrak pasar properti kelas atas ini tidak bisa instan. Menurut Totok, mesti ada efek domino dari pertumbuhan pasar kelas menengah.

"Sekarang pasar (properti) mewah itu memang sedang drop, kita berproses untuk mengangkatnya lagi. Caranya dengan menggerakkan yang kelas menengah lebih dulu. Dengan begitu ada efek domino yang terjadi ke segmen rumah mewah dan juga ke rumah sederhana," kata Totok saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (8/7).

Dia membeberkan, hunian kelas menengah dengan segmen Rp 2 miliar ke bawah menguasai pangsa pasar hingga 92,6%. Tanpa merinci, Toto menyebut segmen hunian mewah hanya memiliki pangsa pasar yang kecil, namun signifikan dalam membentuk sentimen pasar.

Adapun untuk dapat mendongkrak pasar properti kelas menengah, Totok menegaskan peran penting dari insentif Pajak Pertambahan Nilai yang Ditanggung Pemerintah (PPN DTP). Stimulus yang diberikan untuk hunian Rp 5 miliar ke bawah ini dinilai ampuh untuk menggerakkan industri properti.

Baca Juga: Penerbitan surat utang PTPP oversubscribed tiga kali

Oleh sebab itu, REI menyampaikan pentingnya kebijakan pemerintah untuk memperpanjang masa berlaku insentif PPN DPT dari yang semula berlaku Agustus menjadi Desember 2021. "Market memang sudah menunggu itu (perpanjangan insentif PPN DTP)," imbuh Totok.

Managing Partner Coldwell Banker Commercial Indonesia Tommy Bastamy menyampaikan, kondisi saat ini membawa perlambatan bisnis, sehingga banyak investor atau masyarakat yang membutuhkan dana cepat. Penjualan aset properti menjadi alternatifnya. Namun, perlu ada diskon yang lebih besar untuk bisa menjual unit properti secara cepat.

"Dengan demikian semakin banyak pemilik properti yang memerlukan dana cepat maka akan semakin banyak juga unit properti sekunder yang ditawarkan dengan diskon yang lebih tinggi," sebut Tommy.



TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

×