Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
Aestika Oryza Gunarto Sekretaris Perusahaan BRI mengatakan, dalam tiga bulan pertama ini ada penurunan 170.000 debitur yang direstrukturisasi.
Sektor yang paling banyak membutuhkan perpanjang resrukturisasi di BRI berasal dari perdagangan besar dan eceran, penyediaan akomodasi, penyediaan makan dan minum, serta jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan.
Sebelumnya Direktur Manajemen Risiko BRI Agus Sudiarto mengatakan, kredit restrukturisasi Covid-19 yang sudah turun ke NPL baru sekitar 2% per Februari 2021. Perseroan akan tetap memonitoring debitur terdampak Covid-19 yang direstrukturisasi secara ketat sehingga sampai akhir tahun NPL akan terjaga di bawah 3%.
Baca Juga: QNB Indonesia layangkan permohonan PKPU atas Dirut Sritex dan Senang Kharisma Textile
Bank Mandiri tercatat memiliki outstanding kredit restrukturisasi Covid-19 sebesar Rp 93 triliun per akhir Desember 2020. Direktur Manajemen Risiko Ahmad Siddik Badruddin sebelumnya mengatakan, jumlah kredit restrukturisasi itu yang berpotensi turun jadi NPL sekitar 8%. Ia belum bisa menjelaskan berapa perkembangan restrukturisasi kredit tersebut per akhir Maret 2021 setelah setahun berjalan.
Direktur Riset Core Indonesia Piter Abdullah menilai sektor yang paling terdampak pandemi adalah pariwisata. Meski demikian, tidak berarti sektor ini tidak bisa bangkit dan bakal jadi NPL. "Saya melihat restrukturisasi mampu meningkatkan ketahanan dunia usaha, apalagi bila proses pemulihan ekonomi bisa terus berlanjut," katanya.
Menurutnya, bank dalam melakukan restrukturisasi kredit tidak melihat sektornya saja, tetapi kondisi usaha nasabah yang jadi fokus utama mereka. Perbankan akan melakukan restrukturisasi jika memang itu dipandang bisa membantu debiturnya untuk bisa bertahan dari krisis Covid-19.
Selanjutnya: Antisipasi kasus Jiwasraya terulang, OJK akan awasi bisnis IFG Life
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News