Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hasil riset Housing Finance Center (HFC) PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) menunjukkan peningkatan harga rumah secara nasional sekitar 5,24% secara tahunan (year-on-year/YoY) per Maret 2021. Hal itu sejalan dengan pertumbuhan permintaan hunian di masa pandemi.
Kendati begitu, Ketua Umum Realestat Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida memastikan harga rumah yang sampai ke konsumen akan lebih murah, seiring dengan adanya program insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang diberikan pemerintah hingga bulan Agustus mendatang.
Totok menegaskan, perlu dilihat kembali sudut pandang dan parameter survei yang dilakukan. Adapun REI menggunakan sudut pandang harga yang sampai kepada end user pada saat melakukan pembelian, yang dipastikan lebih murah saat diberlakukannya insentif PPN.
Baca Juga: Ekosistem properti kembali pulih, pengamat nilai kenaikan harga rumah 5% normal
"Harus dilihat dulu (sudut pandang survei). Sepengetahuan saya harga nggak akan naik, karena kalau kami melihatnya ke end user yang harus bayar, itu turun sampai dengan Agustus, pasti," ungkap Totok kepada Kontan.co.id, Senin (26/4).
Bisa jadi, sambung Totok, survei tersebut melihat adanya kenaikan harga tanah pada setiap meter rumah baru yang dibangun, atau pun saat insentif PPN belum diberlakukan. Kenaikan harga rumah juga dimungkinkan lantaran pada realitas saat ini, harga sejumlah material bahan bangunan seperti besi dan baja ringan sudah naik.
Alhasil, setelah masa insentif PPN selesai, bukan tak mungkin ada penyesuaian harga hunian. "Kecuali kalau sudut pandang (survei) bukan harga rumah ready stock, jadi realisasinya setelah Agustus. Sedangkan harga material naik, berarti tren naik untuk beli rumah baru yang belum dibangun," ungkap Totok.
Yang pasti, Totok mengamini bahwa pendapatan kotor atau omzet pengembang secara umum telah meningkat. Tapi, dia memastikan bahwa para pengembang saat ini tidak dominan memburu profit, namun lebih pada memulihkan sektor properti untuk menggerakkan ekonomi.
Baca Juga: Bank Commonwealth proyeksi bisnis KPR meningkat 15% pada tahun 2021
Segmen kelas menengah, tengah digarap serius lantaran memiliki daya beli yang lebih baik. Hal ini kemudian bisa menggerakkan sektor properti beserta ekosistemnya. "Properti jalan, industri keramik, besi dan lainnya ikut jalan. Buruh jalan, MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah) juga jalan. Kami tidak mengarah ke mencari profit dulu, kalau mengambil ego-nya pengembang saja tidak bisa, akan macet. Kami maunya perputaran ekonomi jalan," pungkas Totok.
Dihubungi terpisah, Direktur PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) Olivia Surodjo juga mengamini peningkatan harga secara signifikan belum akan menjadi pilihan para pengembang. Strategi yang akan dipilih lebih kepada meningkatkan volume penjualan, mengingat kondisi sektor properti dan perekonomian belum sepenuhnya pulih.
Namun jika merujuk pada angka kenaikan sekitar 5%, Olivia menilai hal itu masih tergolong normal. "Saya pikir saat ini para developer masih mengandalkan peningkatan volume ketimbang kenaikan harga signifikan. Karena market belum 100% pulih, walaupun sudah mulai membaik dibandingkan tahun lalu," kata Olivia kepada Kontan.co.id, Senin (26/4).
Merujuk pada pemberitaan sebelumnya, Hasil riset Housing Finance Center (HFC) BTN menunjukkan, kenaikan harga rumah tersebut ditopang oleh pertumbuhan signifikan pada hunian tipe 70.
Direktur Utama Bank BTN Haru Koesmahargyo mengatakan, kenaikan harga rumah secara nasional yang terekam dalam BTN House Price Index (HPI) tersebut, sejalan dengan kebutuhan mendesak akan hunian di masa pandemi ini. Pasalnya, pandemi mengubah pola hidup masyarakat di mana mayoritas kegiatan dilakukan di rumah.
Sementara itu, Investor Relations and Research Division Head Bank BTN Winang Budoyo merinci, HPI nasional naik dari 170,12 di Maret 2020 menjadi 179,02 di bulan yang sama tahun ini. Kenaikan harga rumah nasional per Maret 2021 tersebut ditopang oleh peningkatan signifikan di rumah tipe 70 sebesar 5,49% yoy dari 153,40 menjadi 161,82 per triwulan I/2021.
Hasil riset HFC juga mencatat, harga rumah tipe 36 dan 45 ikut konsisten menunjukkan peningkatan. HPI rumah tipe 36 terpantau naik 5,54% yoy per Maret 2021 menjadi 194,91 dan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhannya pada Desember 2020 sebesar 4,26% yoy.
Baca Juga: Dafam Property (DFAM) optimis okupansi hotel tahun ini dapat mencapai 70%
Dampak Covid-19 memang sangat menekan masyarakat menengah ke bawah. Namun, dengan adanya subsidi dan stimulus pemerintah di sektor perumahan subsidi, membuat minat untuk memiliki rumah tipe tersebut tetap tinggi. “Bahkan kenaikan harga rumah tipe 36 tersebut telah mendekati pertumbuhannya sebelum Covid-19 di Desember 2019 yang sebesar 5,55% yoy,” kata Winang.
Sementara itu HPI rumah tipe 45 juga mengalami kenaikan sebesar 4,51% yoy menjadi 164,40 per Maret 2021. Kenaikan tersebut terekam lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada Maret 2020 sebesar 3,97% yoy.
Berdasarkan data HPI BTN, Jabodetabek menjadi wilayah dengan pertumbuhan harga rumah tertinggi atau sebesar 5,88% yoy per triwulan I/2021. Secara provinsi, Sulawesi Utara menempati posisi nomor wahid dalam pertumbuhan harga rumah yang mencapai 8,95% yoy pada Maret 2021.
Selanjutnya: Diamond Citra Propertindo (DADA) sukses kerek laba bersih hingga 109,7% di tahun lalu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News