kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Redakan Ketegangan, Rusia Siap Kirim Utusan untuk Pembicaraan dengan Ukraina


Sabtu, 26 Februari 2022 / 06:05 WIB
Redakan Ketegangan, Rusia Siap Kirim Utusan untuk Pembicaraan dengan Ukraina

Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  MOSKOW. Rusia siap mengirim delegasi ke ibu kota Belarusia, Minsk, untuk melakukan pembicaraan dengan Ukraina, kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada Jumat, sehari setelah Moskow melancarkan invasi besar-besaran ke tetangga selatannya itu.

Melansir Reuters, Jumat (25/2), Peskov mengatakan kepada kantor berita Rusia bahwa Rusia bersedia mengirim delegasi termasuk pejabat kementerian luar negeri dan pertahanan.

Ukraina telah mengatakan bersedia untuk membahas mendeklarasikan dirinya sebagai daerah netral. Peskov mengatakan demiliterisasi perlu menjadi bagian penting dari itu.

Baca Juga: Di Luar Kelaziman, Paus Fransiskus Pergi Ke Kedutaan Besar Rusia

Sementara itu, Ukraina menginginkan perdamaian dan siap untuk melakukan pembicaraan dengan Rusia, termasuk mengenai status netral mengenai NATO, penasihat presiden Ukraina Mykhailo Podolyak mengatakan kepada Reuters, Jumat.

"Jika pembicaraan memungkinkan, itu harus diadakan. Jika di Moskow mereka mengatakan ingin mengadakan pembicaraan, termasuk dalam status netral, kami tidak takut dengan ini," katanya melalui pesan teks. "Kita juga bisa membicarakannya."

"Kesiapan kami untuk berdialog adalah bagian dari upaya kami yang gigih untuk perdamaian."

Ukraina saat ini bukan bagian dari NATO atau Uni Eropa, meskipun ingin bergabung dengan keduanya, yang dikutuk mantan penguasa Moskow.

Baca Juga: Putin Beri Tahu Xi, Rusia Bersedia Adakan Pembicaraan Tingkat Tinggi dengan Ukraina

Ukraina menyerahkan senjata nuklirnya, setelah memperoleh kemerdekaan setelah pecahnya Uni Soviet, dengan imbalan jaminan keamanan dari negara-negara Eropa.

Setelah protes pro-demokrasi menggulingkan presiden Ukraina sekutu Rusia pada tahun 2014, Moskow mencaplok semenanjung Laut Hitam Krimea dari Kyiv dan kemudian mendukung pemberontak yang memerangi pasukan pemerintah di timur negara itu.

Baca Juga: Jaga Harga Pangan di Tengah Konflik Geopolitik, Begini Saran Pengamat

Tujuh tahun kemudian, Presiden Rusia Vladimir Putin menginvasi Ukraina dari udara, laut dan darat pada hari Kamis dan pasukannya maju ke ibukota Kyiv pada hari Jumat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×