Reporter: Adi Wikanto | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - Jakarta. Tahun pertama pelaksanaan program makan bergizi gratis (MBG), lebih dari 11.000 orang menderita keracunan makanan. Untuk pertolongan pertama, berikut cara mengatasi anak keracunan makanan.
Diberitakan Kompas.com, Badan Gizi Nasional (BGN) mencatat sebanyak 41,6 juta orang telah menjadi penerima manfaat program Makan Bergizi Gratis (MBG) hingga 11 November 2025. Selain itu, 14.773 Satuan Pelaksana Program Gizi (SPPG) telah terbentuk dan tersebar di seluruh Indonesia.
Data tersebut disampaikan oleh Kepala BGN Dadan Hindayana dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi IX DPR RI di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (12/11/2025).
Dalam pemaparannya, Dadan mengungkapkan bahwa sebanyak 11.640 orang mengalami keracunan makanan usai menyantap menu dari program MBG. Namun, jumlah tersebut sedikit berbeda dengan data yang dimiliki oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
“Jika dilihat total penerima manfaat yang mengalami gangguan kesehatan, rawat inap ada 636 orang di data kami, sementara di Kemenkes 638. Untuk rawat jalan, data kami mencatat 11.004 orang, sedangkan Kemenkes mencatat 12.755,” jelas Dadan.
“Sehingga totalnya, berdasarkan laporan Kemenkes, ada 13.371 penerima manfaat MBG yang mengalami gangguan kesehatan,” tambahnya.
Dadan menegaskan bahwa pihaknya akan segera menyinkronkan data BGN dan Kemenkes untuk memastikan jumlah pasti kasus keracunan.
Baca Juga: Data BGN: 48% Kasus Keracunan Makanan Akibat MBG, Kenali Ciri-Ciri Makanan Beracun
MBG Sumbang 48 Persen Kasus Keracunan Pangan di Indonesia
Lebih lanjut, Dadan menyampaikan bahwa program MBG menyumbang 48 persen dari total kejadian keracunan pangan di Indonesia selama hampir 10 bulan pelaksanaannya. Tercatat, dari 441 kejadian keracunan pangan nasional, 211 kejadian di antaranya berasal dari program MBG.
“Total kejadian keracunan pangan di Indonesia sampai hari ini ada 441 kasus. MBG menyumbang 211 kasus atau sekitar 48 persen,” ujar Dadan.
Ia mengakui, tingginya angka kejadian tersebut menjadi catatan penting bagi BGN untuk memperkuat sistem pengawasan kualitas makanan dan pelaksanaan program di lapangan.
Tonton: Paspor Singapura Jadi yang Terkuat di Dunia, Ini Alasannya
Statistik Keracunan MBG Masih Dianggap Rendah
Meski terjadi sejumlah insiden, Presiden Prabowo Subianto sebelumnya menyebut bahwa angka keracunan dalam program MBG masih sangat kecil dibandingkan dengan total porsi yang telah dibagikan.
Dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara pada 20 Oktober 2025, Prabowo menyampaikan bahwa dari 1,4 miliar porsi MBG yang telah dibagikan kepada 36,7 juta penerima manfaat, hanya sekitar 8.000 orang yang mengalami keracunan.
Angka ini setara dengan 0,0007 persen, atau 99,9 persen porsi berhasil disalurkan dengan baik.
“36,7 juta ini bukan tanpa kekurangan. Ada beberapa ribu yang keracunan makan, sakit perut. Tetapi kalau diambil statistik, 8.000 dari 1,4 miliar, itu masih dalam koridor kesalahan yang manusiawi,” kata Prabowo.
Meski demikian, Kepala Negara menegaskan bahwa kasus keracunan tidak boleh ditoleransi dan meminta BGN memperketat prosedur higienitas dalam program MBG.
Ia juga menginstruksikan agar penyedia makanan memastikan ketersediaan alat makan bersih dan sumber air layak konsumsi di setiap lokasi pelaksanaan.
Baca Juga: 74.720 Mobil Baru Terjual Oktober 2025, Ini Cara Mudah Daftar MyPertamina untuk BBM
Evaluasi dan Pengawasan Berkelanjutan
BGN mengaku terus melakukan evaluasi teknis dan pembaruan juknis (petunjuk teknis) pelaksanaan MBG. Salah satunya melalui pembatasan SPPG maksimal 2.500 penerima manfaat agar pengawasan distribusi dan kualitas makanan bisa lebih terukur.
Program MBG merupakan salah satu program prioritas nasional pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, dengan tujuan menurunkan angka stunting, meningkatkan gizi masyarakat, dan memperkuat ketahanan pangan daerah.
Tonton: Amman Mineral (AMMN) Minta Perpanjangan Izin Ekspor Konsentrat
Cara mengatasi keracunan makanan
Dilansir dari website Puskesmas Penimbung, Lombok Barat, keracunan makanan sebaiknya memperoleh penanganan secara optimal dari dokter atau layanan kesehatan. Bila seseorang mengalami keracunan makanan, penting untuk mengetahui langkah pertolongan pertama pada keracunan makanan yang bisa dilakukan sebelum mendapatkan penanganan medis:
1. Istirahat dan Hidrasi
Korban keracunan makanan harus beristirahat dan menghindari aktivitas berat. Minum banyak cairan untuk mencegah dehidrasi, terutama jika mengalami muntah atau diare. Cairan yang baik meliputi air, larutan elektrolit atau rehidrasi oral.
2. Hindari Makanan dan Minuman Tertentu
Hindari makanan tertentu, seperti makanan padat, pedas, berminyak sampai dan diare berhenti. Hindari juga minuman berkafein, minuman beralkohol, susu dan minuman asam. Dan carilah makanan yang mudah dicerna dan rendah lemak seperti bubur, kentang atau pisang. Disarankan untuk mengomsumsi air jahe, karena dapat membantu meredakan gejala keracunan yang dialami serta air jahe dapat menenangkan saluran pencernaan.
3. Jangan Memaksa Muntah
Jika korban tidak muntah secara alami, jangan memaksanya untuk muntah karena dapat memperburuk kondisi.
Bila korban muntah secara alami, pastikan untuk menghindarai korban muntah dalam posisi berbaring. Tegakkan badan korban keracunan agar muntah tidak masuk ke saluran pernapasan serta tundukkan kepala untuk mencegah tersedak dan muntah kembali ke tenggorokan.
4. Hindari Korban Dehidrasi
Segera tingkatkan asupan cairan bila muncul tanda-tanda dehidrasi dari korban keracunan. Biasanya tanda dehidrasi tersebut dapat berupa bibir kering, rasa sangat haus dan jarang buang air kecil.
5. Gunakan Obat yang Tersedia
Obat anti-diare atau anti-mual dapat digunakan untuk meredakan gejala keracunan. Namun akan lebih baik untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum dikonsumsi.
Keracunan makanan atau minuman merupakan salah satu kondisi yang berbahaya. Walaupun sudah dilakukan upaya pertolongan pertama pada korban keracunan makanan, tetap bawa korban ke layanan kesehatan agar mendapatkan penanganan medis profesional yang optimal.
Apalagi bila korban mengalami beberapa kondisi, seperti diare berlangsung lebih dari 48 jam, terdapat darah dalam muntah atau tinja, demam tinggi (di atas 38,5°C atau 101,3°F), muncul gejala dehidrasi parah serta gejala neurologis seperti penglihatan kabur, kelemahan otot atau kesulitan bicara.
Baca Juga: Harga Mobil Listrik Polytron Murah, Bisakah Mengalahkan BYD yang Terlaris 2025
Selanjutnya: Heboh Skandal Jeffrey Epstein Seret Trump, Demokrat Dorong Publikasi Dokumen Rahasia
Menarik Dibaca: Ramalan Zodiak Keuangan dan Karier Hari Kamis 13 November 2025: Siapa Mendominasi?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













