kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produksi gula sulit alami kenaikan pada 2021, ini penyebabnya


Senin, 28 Desember 2020 / 08:20 WIB
Produksi gula sulit alami kenaikan pada 2021, ini penyebabnya

Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikoen mengatakan, produksi gula akan sulit mengalami kenaikan di tahun mendatang. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, mulai dari faktor hulu hingga hilir.

Beberapa faktor tersebut antara lain gula petani yang belum terserap seluruhnya oleh pasar. Hal ini disebabkan oleh besarnya impor gula di tahun ini hingga gula rafinasi yang masuk ke pasar konsumsi. Ini membuat gula petani sulit untuk bersaing.

Tak hanya itu, Soemitro juga mengatakan sulitnya peningkatan gula di tahun mendatang akibat kurang bergairahnya pertanaman tebu.

Hal ini juga disebabkan berbagai alasan mulai dari harga patokan petani (HPP) yang tak kunjung bertambah, tidak adanya perubahan pada harga eceran tertinggi (HET) gula, tidak adanya pertambahan areal perkebunan tebu, hingga sulitnya untuk mendapatkan pupuk bersubsidi.

Baca Juga: Ini 11 gejala gula daerah rendah yang perlu diwaspadai

"Di hadapan kita membentang kompetitor komoditas lain, di sawah yang itu juga tidak kalah dengan tanaman tebu, kalau itu yang terjadi maka apakah bisa diharapkan tahun depan ini ada kenaikan produksi," ujar Soemitro kepada Kontan.co.id, Minggu (27/12).

Lebih lanjut Soemitro pun mengatakan bila berbagai masalah ini tidak segera diperbaiki, maka produksi gula pun akan semakin sulit meningkat. Menurutnya, harus ada upaya untuk mendorong petani menanam tebu.

Beberapa tantangan yang harus diatasi seperti penyediaan pupuk bersubsidi, adanya perbaikan pada pabrik gula yang membuat rendemen meningkat, adanya perubahan HPP, juga perubahan pada mekanisme HET.



TERBARU

×