Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski pandemi memberikan dampak telak bagi perekonomian tak membuat bisnis fintech peer to peer lending loyo. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) realisasi akumulasi penyaluran pinjaman mencapai Rp 137,66 triliun per Oktober 2020.
Nilai itu tumbuh tumbuh 102,44% year on year (yoy) dibandingkan posisi yang sama tahun lalu senilai Rp 68 triliun. Sedangkan outstanding pinjaman tumbuh 18,39% yoy dari Rp 11,19 triliun menjadi Rp 13,24 triliun.
Kinerja tersebut dilakukan oleh 155 perusahaan fintech P2P lending yang terdaftar di OJK. Dari jumlah tersebut, terdapat 36 entitas mengantongi izin usaha penuh. Sedangkan secara prinsip kerja, ada 144 P2P lending konvensional dan 11 entitas menjalankan prinsip syariah.
Baca Juga: Begini perkembangan transaksi digital sejumlah bank hingga November lalu
Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) masih optimis bisnis P2P lending akan berlanjut tumbuh hingga tahun mendatang. Asosiasi memproyeksi pinjaman fintech lending setidaknya mencapai angka Rp 86 triliun pada 2021.
“Ternyata memang cepat sekali adaptasi dari machine learning atau credit scorng, sehingga kesiapan untuk tumbuh kembali itu sudah terlihat di Oktober 2020,” ujar Direktur Eksekutif AFPI Kuseryansyah pada Senin (7/12).
Realisasi pinjaman bisa semakin meningkat lantaran beberapa finetch lending ikut dilibatkan menjadi mitra perbankan dalam menyalurkan dana pada program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Kuseryansyah menyebut sudah ada enam platform yang ikut dalam program itu.
“Saya yakin ke depan akan lebih banyak yang ikut program ini karena ada yang sedang berproses dengan bank. Kami juga sudah membicarakan dengan komite PEN terkait keikutsertaan fintech lending lebih aktif dan bisa membantu akselerasi program PEN,” paparnya.
Baca Juga: Aturan belum berubah, UUS perbankan persiapkan spin off mulai awal tahun depan
Chief Credit Officer & Co-Founder Akseleran Christopher Gultom menyatakan hingga November 2020, platform berhasil menyalurkan total pinjaman usaha produktif secara kumulatif sebesar Rp 1,7 triliun lebih kepada sekitar 2.500 pinjaman. Pinjaman itu didukung oleh lebih dari 150.000 pemberi pinjaman (lender) yang tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia.
Christopher mengungkapkan, pada November 2020 Akseleran kembali mencatat rekor tertingginya dalam menyalurkan pinjaman usaha produktif sejak 3 tahun terakhir yakni sebesar Rp120 miliar, atau melanjutkan rekor di Oktober 2020 yang mencapai sebesar Rp115 miliar.
“Selama periode Januari hingga November 2020, penyaluran pinjaman usaha Akseleran berhasil tumbuh hingga 32% dibandingkan periode yang sama di 2019. Penyaluran pinjaman usaha Akseleran yang cepat tentu sejalan dengan prinsip kami untuk selalu menjaga kualitas kredit dimana dapat terlihat dari total NPL Akseleran saat ini yang berada di angka 0,2% dari total pinjaman usaha yang sudah disalurkan,” tambahnya.
Ia melanjutkan hal ini juga berlaku terhadap mitra kerja sama loan channeling Akseleran dimana kami menjaganya dengan memberikan perjanjian yang sudah disepakati risk acceptance criteria oleh mitra-mitra Akseleran dan di tambah lagi pinjaman-pinjaman di Akseleran menggunakan asuransi kredit sehingga risiko para mitra lembaga jasa keuangan Akseleran cukup termitigasi dengan baik.
Begitupun dengan penyelenggara fintech syariah PT Alami Fintek Sharia (Alami) tetap menyalurkan pinjaman produktif kepada para pelaku UKM di tengah pandemi. Hingga saat ini, Alami telah menyalurkan pinjaman senilai Rp 256 miliar.
Adapun penyaluran sepanjang 2020 mencapai Rp 176 miliar dengan outstanding Rp 54 miliar. Pinjaman tersebut telah disalurkan kepada 86 UKM di seluruh Indonesia. Alami juga telah mempunyai lebih dari 8.000 pendana di platformnya dengan imbal hasil rata-rata 15%.
Baca Juga: Genjot bisnis digital, BRI Agro gandeng fintech
Founder dan CEO Alami Dima Djani menyatakan penyaluran pinjaman pada new normal telah tumbuh pesat. Bahkan pada November ini, Alami menargetkan bisa menyalurkan pinjaman akumulatif Rp 300 miliar.
“Ini masih didominasi oleh produk invoice financing kita. Belum ada perubahan strategi karena pandemi. Peluang di tahun depan kami rasa sangat berpotensial jauh lebih baik dari 2020,” ujar Dima kepada Kontan.co.id.
Ia memproyeksi penyaluran pinjaman sepanjang 2020 berkisar Rp 220 miliar. Ia menyebut, penyaluran masih merata ke seluruh sektor UKM.
Selanjutnya: Sempat dihentikan, OJK buka kembali perizinan layanan equity crowdfunding
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News