Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tendi Mahadi
Adapun, DPK dari bank milik Sea Group tersebut juga mengalami peningkatan signifikan hingga 61,5% secara tahunan per Mei 2023. Jumlah DPK nya mencapai Rp 24,51 triliun.
Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy mengungkapkan bahwa sejatinya strategi bank digital untuk menawarkan bunga tinggi masih menjadi cara jitu untuk meraup DPK dari nasabah.
“Buat beberapa bank jika tidak menawarkan itu mungkin nggak bisa dapatkan DPK dari masyarakat,” ujar Budi.
Alhasil, dengan bunga yang tinggi, Budi melihat bahwa pada akhirnya bank-bank digital ini juga menawarkan bunga kredit yang tinggi. Agar, tetap ada keuntungan yang didapat dari sisi net interest margin (NIM).
Sementara itu, Budi juga melihat bahwa nasabah saat ini tak terlalu mengkhawatirkan bunga simpanan tinggi yang ditawarkan bank digital berisiko tidak dijamin LPS. Sebab, nasabah menilai bank-bank digital ini memiliki ekuitas yang tinggi pula.
“Kalau seperti BPR yang kecil mungkin masyarakat khawatir,” ujarnya.
Namun, Budi mengingatkan agar bank-bank digital ini tidak hanya mengandalkan bunga simpanan yang tinggi saja. Menurutnya, esensi dari bank digital seharusnya lebih mencari keuntungan dari fee based income dengan ekosistem yang dimiliki.
“Kalau cuma mengandalkan NIM, akan begitu-gitu saja tidak bisa mengungguli bank konvensional yang sudah besar,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News