kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.430.000   -10.000   -0,69%
  • USD/IDR 15.243   0,00   0,00%
  • IDX 7.905   76,26   0,97%
  • KOMPAS100 1.208   12,11   1,01%
  • LQ45 980   9,43   0,97%
  • ISSI 230   1,69   0,74%
  • IDX30 500   4,71   0,95%
  • IDXHIDIV20 602   4,65   0,78%
  • IDX80 137   1,32   0,97%
  • IDXV30 141   0,53   0,38%
  • IDXQ30 167   1,08   0,65%

Persaingan AS dan China di Industri Metaverse Mulai Memanas


Kamis, 17 Februari 2022 / 04:45 WIB
Persaingan AS dan China di Industri Metaverse Mulai Memanas

Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

Sementara Nike telah mendirikan Metaverse Studio dan telah mematenkan rencana untuk aset virtual mulai dari avatar hingga cryptokicks. Sementara Gucci, Microsoft, dan Crocs tengah mencari karyawan untuk mengerjakan penawaran metaverse mereka.

Samsung sudah lebih dulu dengan menggelar peluncuran ponsel Galaxy S22 melalui metaverse pekan lalu. Peluncuran ini dapat disaksikan di platform virtual reality, Decentraland, yang masih satu bagian dari metaverse.

Samsung memiliki gedung virtual di Decentraland yang beralamat di 837X. Gedung yang diluncurkan Februari 2020 lalu ini juga merupakan taman bermain bagi penggiat kripto, karena dapat menghubungkan dompet kripto anggota dan membeli sebidang tanah sebagai NFT. 

Efek mentaverse juga sampai ke sektor properti. MetaMetric Solutions mencatat, penjualan properti di empat empat platform metaverse utama mencapai US$ 501 juta pada 2021. Diperkirakan penjualan properti secara virtual bisa mencapai hampir US$ 1 miliar tahun ini. 

Sebuah laporan dari BrandEssence Market Research memperkirakan pasar properti metaverse akan tumbuh pada tingkat tahunan sebesar 31% per tahun dari 2022 hingga 2028.

Sejauh ini, penjualan properti terkonsentrasi pada empat perusahaan besar seperti Sandbox, Decentraland, Cryptovoxels, dan Somnium. Sandbox mendominasi pasar, dengan 62% dari lahan yang tersedia di empat platform dan tiga perempat dari semua penjualan lahan pada tahun 2022. 

YouTube juga berencana mengembangkan blockchain dan metaverse tahun ini. Melalui teknologi tersebut, perusahaan berharap dapat menekan penipuan di pasar seni digital serta menawarkan pengalaman menonton untuk konten gim.  Selama setahun terakhir, layanan streaming terbesar di dunia ini berupaya untuk memberikan panduan yang lebih baik kepada pengguna tentang fitur-fitur mendatang di tengah meningkatnya persaingan dengan TikTok ByteDance Inc dan Instagram Meta Platforms Inc. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

×