Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan kian agresif menggandeng perusahaan fintech P2P lending untuk meningkatkan penyaluran kredit secara digital. Tak main-main, nilai kredit yang disalurkan melalui platform fintech bernilai miliaran rupiah.
Misalnya PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) menyatakan, kerja sama dengan bank tentunya membawa dampak yang sangat baik untuk Amartha sekaligus untuk para penerima modal. Amartha memiliki teknologi untuk dapat menyalurkan modal, menentukan credit scoring, serta memonitor perkembangan usaha dari para borrower.
"Amartha memiliki visi besar yaitu kesejahteraan yang merata di Indonesia. Visi ini tentu saja akan sulit untuk diwujudkan jika hanya bergerak sendiri-sendiri dan tidak melibatkan banyak pihak. Oleh sebab itu, Amartha menggandeng institusi lain untuk bersama-sama mendongkrak potensi UMKM pedesaan dengan menyalurkan permodalan dan akses keuangan yang inklusif," ujar Andi Taufan Garuda Putra, Founder dan CEO Amartha kepada kontan.co.id, belum lama ini.
Namun menurut Andi, jangkauan Amartha masih terbatas di beberapa daerah di Indonesia. Di sisi lain, bank memiliki jangkauan nasabah yang luas dan telah lama berpengalaman mengelola ekonomi di daerahnya masing-masing. Meskipun begitu, tidak semua bank memiliki teknologi yang mumpuni untuk menggarap potensi UMKM di daerahnya.
Maka kata Andi, kerja sama antara fintech Amartha dan perbankan seperti hubungan yang saling menguntungkan. Bank dapat menyalurkan permodalannya melalui Amartha, yang memiliki teknologi layanan keuangan inklusif serta penggunaan machine learning dalam menentukan credit scoring yang akurat.
Baca Juga: Tanggapi Pinjol Ilegal, OJK Gerak Cepat Perbaiki Sistem Pinjol
"Amartha dapat memperluas jangkauan mitra perempuan pengusaha mikro di pedesaan dengan memanfaatkan jaringan bank yang bekerja sama di daerah tersebut. Harapannya, tentu saja akselerasi pertumbuhan ekonomi di daerah melalui pengembangan potensi UMKM lokal," kata Andi.
Amartha mulai menjalin kerja sama dengan lender institusi dalam hal ini sektor perbankan sejak tahun 2016. Umumnya, perbankan yang bergabung sebagai lender institusi di Amartha adalah Bank Perkreditan Rakyat serta Bank Pembangunan Daerah.
Baru-baru ini, Bank Pembangunan Daerah Sulselbar juga telah bergabung sebagai salah satu lender institusi di Amartha, dengan nilai komitmen sebesar Rp 100 miliar. Beberapa waktu sebelumnya, Amartha juga telah menjalin kerja sama dengan Bank Jatim, BPR Pujon, BPR Nusumma, Bank Mandiri Mikro, dan lain-lain.
Andi mengungkapkan, pihaknya membuka peluang untuk berkolaborasi dengan berbagai institusi, baik dari sektor perbankan nasional, BPR, BPD, hingga organisasi internasional seperti Norfund dari Norwegia maupun bank berskala global seperti Women’s World Bank.
"Beberapa Bank yang tergabung sebagai lender institusi umumnya memiliki value yang sama dengan Amartha, yakni semangat untuk memberdayakan UMKM di pedesaan melalui akses layanan keuangan yang inklusif. Lender institusi juga melihat peluang bahwa teknologi dapat menjadi solusi untuk memperkecil kesenjangan ekonomi masyarakat di pedesaan," jelas Andi.
Menurutnya, lain pula dengan lender berskala global seperti Norfund dan Women’s World Bank yang melihat nilai kesetaraan gender dalam perekonomian sebagai dasar untuk memulai kolaborasi dengan Amartha. Jadi umumnya, memang karena memiliki kesamaan value.
Amartha menargetkan peningkatan jumlah borrower hingga satu juta orang pada akhir tahun 2021. Saat ini, Amartha mengelola lebih dari 820 ribu borrower atau perempuan pengusaha mikro yang tersebar di lebih dari 19.000 desa di Indonesia.
Untuk terus menjangkau lebih banyak lagi borrower dan menyalurkan pendanaan, Amartha melakukan beberapa strategi, salah satunya yakni menjalin kolaborasi strategis dengan lender institusi dari sektor perbankan. Karena jika dilihat porsinya, jumlah lender institusi masih cukup dominan yakni sekitar 60%.
Serupa, CEO & Co-Founder Akseleran Ivan Tambunan mengaku, berkolaborasi dengan perbankan tentu akan semakin memperkuat visi Akseleran untuk mempercepat pertumbuhan inklusi keuangan melalui kemajuan bisnis UMKM di seluruh Indonesia.
"Meski demikian, seiring dengan terus bertumbuhnya penyaluran pinjaman usaha Akseleran tentu kami tetap menerapkan penilaian kredit yang prudent dengan fokus kepada cashflow calon borrower sebagai bagian dari mitigasi risiko," ujar Ivan.
Apalagi kata Ivan, seluruh pinjaman di Akseleran sudah diproteksi asuransi kredit yang melindungi 99% pokok pinjaman tertunggak sehingga risiko para mitra Lembaga Jasa Keuangan dapat termitigasi dengan baik.
Saat ini Akseleran sudah memiliki institutional lender dari perbankan sebanyak tujuh bank, termasuk salah satunya dari BPR. Bentuk kerja sama dengan ketujuh bank ini dalam skema kerja sama penyaluran pinjaman (channeling loan).
Adapun ketujuh bank yang merupakan institutional lender Akseleran adalah BCA, Bank Mandiri, Bank Jago, Bank J Trust, Bank OCBC NISP, BPR Supra, dan BRI Agro. "Ke depan, kami harapkan dapat bertambah lagi kerja sama Akseleran dengan bank-bank lainnya," kata Ivan.
Sementara itu, total penyaluran pinjaman dari perbankan melalui platform Akseleran sudah mencapai sebesar lebih dari Rp 351 miliar. Dan saat ini kontribusi penyaluran pinjaman dari perbankan melalui Akseleran sudah berada di kisaran 75% hingga 80% dari total institutional lender Akseleran dimana selebihnya berasal dari perusahaan-perusahaan multifinance maupun pegadaian.
Baca Juga: Nasabah pinjol ilegal tak usah bayar cicilan lagi meski ditagih
"Untuk kriteria bank yang di gandeng Akseleran tidak ada yang terlalu spesifik karena pada dasarnya Akseleran selalu membuka pintunya untuk dapat bekerjasama dengan Lembaga Jasa Keuangan (LJK) lainnya baik yang berasal dari perbankan maupun dari non perbankan. Tidak kalah penting adalah bunganya juga kompetitif atau sejalan dengan bunga yang kami berikan kepada retail lender atau pemberi pinjaman perorangan," jelas Ivan.
Ivan menyebut, sejumlah strategi sudah pihaknya jalankan dengan konsisten selama ini dan akan terus melakukan ekspansi yang pertama dengan terus melakukan partnership dengan lebih banyak lagi platform digital dan corporate anchor.
"Dari partnership tersebut kita bisa menyalurkan lebih banyak pinjaman supply chain financing dan online merchant financing. Kami juga tingkatkan digitalisasi layanan kami, agar proses pengajuan pinjaman bisa seamless, untuk itu kami menghubungkan platform kami dengan mitra kami melalui API," tambah Ivan.
Akseleran juga terus memperkuat perluasan penyaluran pinjaman usaha Akseleran di luar maupun dalam Pulau Jawa.
Sementara itu, Co-Founder dan CEO Modalku Reynold Wijaya mengungkapkan, beragam kolaborasi antara bank dengan platform pendanaan digital menunjukkan bahwa dua institusi ini dapat saling melengkapi ekosistem keuangan di Indonesia dan bisa membantu lebih banyak masyarakat maupun pengusaha yang belum mendapatkan akses layanan keuangan.
"Hal ini sejalan dengan nilai gotong royong yang sudah menjadi bagian dari budaya Indonesia dan juga model bisnis Modalku," kata Reynold.
Menurutnya, kerjasama antara platform pendanaan digital dengan bank adalah win-win solution bagi kedua pihak. Pihak bank dapat terbantu karena bisa menyentuh pasar yang sebelumnya tak terjangkau dan dari sisi platform pendanaan digital seperti Modalku bisa menyalurkan pendanaan ke pasar yang lebih luas.
Hingga saat ini, Modalku telah bekerja sama dengan beberapa institusi perbankan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan kepada UMKM yang menjadi peminjam di Modalku, yaitu bersama BCA, BRI Agro, serta beberapa BPR untuk penyaluran dana ke UMKM. Selain itu, Modalku juga bekerja sama dengan BNI sebagai penyedia layanan escrow account bagi pengguna layanan Modalku.
"Saat ini kami belum dapat membagikan informasi jumlah penyaluran dari Bank. Namun pendanaan dari perbankan menunjukkan peningkatan dengan adanya penyaluran kredit dari BRI Agro beberapa waktu lalu," ujar Reynold.
Ia mengaku, perusahaan melihat kesamaan visi dengan bank tersebut serta target segmen UMKM yang ingin didukung. Setiap institusi pasti memiliki kriteria peminjam yang disesuaikan dengan risk appetite masing-masing.
"Modalku terus membuka kesempatan untuk berkolaborasi tidak hanya dengan institusi perbankan, melainkan juga dengan industri keuangan secara keseluruhan yang ingin mendukung segmen UMKM," imbuh Reynold.
Selanjutnya: Banyak pinjol ilegal digerebek polisi, ini instruksi Menteri Mahfud MD untuk debitur
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News