kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ451.000,19   6,59   0.66%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perbankan berharap bisa menikmati kenaikan NIM 2021 ini


Kamis, 13 Mei 2021 / 21:45 WIB
Perbankan berharap bisa menikmati kenaikan NIM 2021 ini

Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Tahun lalu, industri perbankan tidak bisa leluasa meraup margin. Nah, tahun ini penyaluran kredit yang mulai naik plus banjir dana murah, perbankan pun berharap bisa menikmati kenaikan margin bunga bersih atau net interest income (NIM).

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, kredit perbankan pada Maret 2021 tercatat tumbuh Rp 77,3 triliun dibandingkan bulan sebelumnya. Ini merupakan pertumbuhan tertinggi dalam 11 bulan terakhir, meski secara tahunan masih terkontraksi 3,77%. Bank pun berupaya mencari cuan dari bunga seirama kenaikan laju kredit.

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), misalnya, mencatatkan perbaikan NIM dari 4,5% di akhir tahun 202 menjadi 4,9% pada kuartal I-2021. Sementara penyaluran kredit naik 2,2% year on year (yoy) menjadi Rp 559,33 triliun.

Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar optimistis kinerja BNI membaik di periode mendatang. "Tahun ini kredit akan kami dorong untuk tumbuh pada kisaran 6% hingga 9%. Dana pihak ketiga (DPK) diproyeksikan tumbuh pada kisaran 3%-5%, serta NIM diperkirakan tumbuh 4,6% sampai 4,8%," ungkap Royke, kemarin (10/5).

Baca Juga: Bank Mandiri targetkan NIM di kisaran 4,8%-5,1% pada 2021

Pertumbuhan kredit BNI di kuartal I-2021 memang masih tipis, yakni 2,2% yoy menjadi Rp 559,33 triliun. Penyaluran kredit masih jauh di bawah pengumpulan DPK yang tumbuh 8,1% yoy menjadi Rp 639 triliun.

Untuk mencapai target NIM itu, BNI juga akan memperbaiki kualitas kredit melalui pembenahan manajemen risiko. BNI juga akan menggenjot bisnis layanan digital bagi nasabah, serta meningkatkan dana murah atau CASA dan pendapatan komisi transaksi untuk mencapai target itu.

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), Jahja Setiaatmadja menyatakan, pergerakan NIM akan bergantung pada biaya dana yang akan mengikuti suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).

Sejauh ini, BCA mengantongi 77,2% dana murah. "Untuk memprediksi NIM susah, yang penting kami berusaha meningkatkan kredit," tandas Jahja.

Baca Juga: Kinerja keuangan Lippo Karawaci (LPKR) masih suram sepanjang tahun lalu



TERBARU

×