Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Ketika anggaran belanja pertahanan pada tahun 2024 meningkat tiga kali lipat dari tingkat sebelum invasi, porsi belanja untuk “keamanan nasional”, yang mencakup pendanaan untuk lembaga penegak hukum, juga meningkat. Anggarannya diperkirakan mencapai 9,2% pada tahun 2024, menurut dokumen tersebut.
Untuk mengimbangi kenaikan tersebut, Moskow akan secara efektif membekukan pengeluaran untuk pendidikan dan layanan kesehatan.
Porsi belanja pada perekonomian nasional, yang meliputi jalan raya, infrastruktur dan konstruksi, akan turun menjadi 10,6% pada tahun 2024, yang merupakan persentase terendah sejak tahun 2011.
Kebijakan sosial, yang biasanya merupakan belanja utama negara untuk gaji, pensiun, dan tunjangan, akan menghasilkan belanja yang lebih sedikit dibandingkan belanja pertahanan sebesar 7,73 triliun rubel pada tahun 2024, dan merupakan porsi belanja terendah sejak tahun 2011 sebesar 21,4%.
Kepala Ekonom, Rusia dan CIS, di Renaissance Capital Sofya Donets mengatakan bahwa belanja pertahanan dan keamanan nasional mencapai hampir 40% dari seluruh pengeluaran Rusia yang tertunda mungkin memiliki dampak jangka pendek yang kuat. Namun hal itu akan memberikan kontribusi yang kecil terhadap pertumbuhan dalam jangka panjang dan berkurangnya penerimaan pajak.
Baca Juga: Rusia Rekrut Warga Kuba untuk Berperang, Beri Bonus Besar!
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pekan lalu mengatakan peningkatan belanja pertahanan mutlak diperlukan untuk anggaran tersebut karena Rusia sedang hidup dalam keadaan perang hibrida.
Rusia berargumentasi bahwa negara-negara Barat melakukan perang hibrida untuk menebar perselisihan dan pada akhirnya menghabiskan sumber daya alam yang melimpah. Tuduhan ini dibantah oleh para pemimpin Barat dan mengatakan bahwa keputusan Moskow untuk menginvasi Ukraina tidak beralasan.
Ukraina bersumpah untuk mengusir setiap tentara Rusia yang tersisa dari wilayahnya, dan menganggap invasi tersebut sebagai perampasan tanah bergaya kekaisaran oleh Rusia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News