kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Per Maret 2021, ini posisi modal inti calon bank digital


Senin, 10 Mei 2021 / 07:00 WIB
Per Maret 2021, ini posisi modal inti calon bank digital

Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tak lama lagi, bank digital bakal ramai memberikan layanan kepada masyarakat Indonesia. Bila tidak ada aral melintang, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bakal merilis peraturan mengenai bank umum pada Juni mendatang.

Permodalan bank digital salah satu yang akan diatur secara rinci. OJK telah mengungkapkan syarat permodalan bank digital. Untuk mendirikan atau melahirkan satu baru akan beroperasi secara digital penuh maka harus memiliki modal awal Rp 10 triliun.

Aturannya akan beda lagi kalau ingin mengonversi bank tradisional jadi bank digital. Jika bank tersebut berdiri sendiri maka modalnya cukup Rp 3 triliun.

Sementara kalau bank tradisional yang akan jadi bank digital itu merupakan bagian dari kelompok usaha bank maka hanya perlu modal Rp 1 triliun.

Baca Juga: Mesti siapkan modal Rp 10 triliun untuk mendirikan bank digital baru, siapa tertarik?

PT Bank Neo Commerce Tbk atau BNC misalnya akan terus melakukan penambahan modal inti hingga mencapai Rp 3 triliun melalui aksi rights issue.

Kendati demikian, BNC akan mengejar modal inti hingga Rp 2 triliun tahun ini sesuai aturan yang berlaku.

Direktur Utama Bank Neo Commerce Tjandra Gunawan bilang saat berencana melakukannya penambah modal melalui skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue sebanyak 10 miliar saham baru dalam penawaran umum terbatas V dan VI.

“Akulaku dan Gozco Capital siap menyerap. Dana hasil rights issue tersebut akan digunakan untuk belanja modal dan meningkatkan modal inti perseroan menjadi Rp 2 triliun pada tahun ini. Sisanya untuk investasi di sektor teknologi dan informasi (IT) dan belanja operasional,” ujar Tjandra kepada Kontan.co.id.

Hingga Maret 2021, BNC memiliki modal inti sebesar Rp 1,02 triliun. Nilai itu naik 11,18% yoy dibandingkan posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp 921,64 miliar.

Sedangkan komposisi pemegang saham BBYB terdiri dari PT Akulaku Silvrr Indonesia dengan kepemilikan sebesar 24,98%, PT Gozco Capital 20,13%, PT Asabri (Persero) 16,83%, Yellow Brick Enterprise Ltd. 11,1%, dan sisanya pemegang saham publik 26,96%.

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) akan masuk ke ranah bank digital dengan menjadikan PT BRI Agroniaga Tbk (AGRO) sebagai kendaraan. Perizinan untuk menjalankan bisnis sebagai bank digital sudah diajukan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

“Terkait dengan hal tersebut, saat ini masih dalam tahap koordinasi terkait bisnis plan dengan OJK dalam rangka aspirasi BRI Agro yang baru. Setelah rencana bisnis BRI Agro disetujui OJK maka akan segera dilakukan keterbukaan informasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku di pasar modal,” ujar Sekretaris perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto kepada Kontan.co.id pada Jumat (7/5).

Merujuk pada laporan keuangan, BRI Agro memiliki modal inti senilai Rp 4,09 triliun pada kuartal pertama 2021. Nilai itu meningkat dibandingkan Maret 2020 senilai Rp 4,04 triliun. Adapun capital adequacy ratio di level 24,1% membaik dibandingkan posisi yang sama tahun lalu 22,39%.

Sedangkan, PT Bank Central Asia Tbk bakal meluncurkan Bank BCA Digital pada Juli 2021 mendatang. Direktur BCA Vera Eve Lim menyatakan perseroan sebelumnya telah melakukan penyuntikan modal ke Bank Digital BCA senilai Rp 1 Triliun.

Saat ini BCA belum memiliki rencana untuk melakukan penyuntikan modal terhadap dua anak usaha ini karena tingkat permodalan masih solid untuk mendukung bisnis masing-masing.

Baca Juga: Perbankan berlomba menawarkan promo transaksi pada bulan Ramadan

“BCA berkomitmen untuk terus memberikan pelayanan perbankan secara optimal untuk nasabah di Tanah Air serta berkontribusi bagi roda perekonomian bangsa,” papar Vera kepada Kontan.co.id.

Adapun modal inti Bank BCA Digital pada Maret 2021 senilai Rp 1,36 triliun. Nilai itu meningkat 3,03% yoy dari posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,32 triliun.

Juru Bicara OJK Sekar Putih Djarot menjelaskan, pada prinsipnya bank digital adalah bank yang menyediakan dan menjalankan kegiatan usaha yang utamanya melalui saluran elektronik dengan kantor fisik yang terbatas atau tanpa kantor fisik selain kantor pusat.

“Tidak ada ketentuan yang mengatur bahwa bank yang ingin bertransformasi menjadi bank digital dinaungi bank besar. Paling penting bank tersebut harus memiliki modal kuat untuk investasi infrastruktur digital dan kuat dari sisi manajemen risiko digital,” papar Sekar kepada Kontan.co.id.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

×