Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - SHANGHAI/BEIJING. Para Pemimpin Eksekutif (CEO) Perusahaan Barat termasuk Elon Musk dari Tesla dan David Solomon dari Goldman Sachs melakukan perjalanan ke China dalam beberapa bulan terakhir.
Salah satu yang menonjol dari lawatan mereka ini adalah para CEO tersebut tidak banyak berbicara di depan umum mengenai perjalanan mereka. Dalam perjalanan ke China, para CEO ini sebagian besar agenda mereka melakukan pertemuan dengan pejabat pemerintah, staf lokal dan mitra bisnis.
Adara konferensi pers dengan media, yang dulu sering dilakukan sebelum pandemi, kini jarang sekali dilakukan. Bahkan Musk yang dikenal karena olok-oloknya yang berlebihan di Twitter, tiba-tiba berubah total dan memilih melakukan perjalanan sunyi minggu lalu ke Tiongkok.
Baca Juga: Elon Musk: China akan Mulai Mengatur Kecerdasan Buatan (AI) di Negaranya
Padahal, pada tahun 2020 miliarder tersebut merayakan pengiriman mobil pertama mereka yang dibuat di Shanghai dengan tarian di atas panggung yang terbuka untuk pers. Tapi saat ini, Musk tidak pernah men-tweet sekalipun saat ini berada di China.
Sementara itu, Solomon dari Goldman juga lebih rendah hati. Pada 2019, Solomon memberikan wawancara media dan berpartisipasi dalam beberapa forum yang melibatkan publik. Tapi ketika melakukan perjalanan ke China pada Maret 2023 ini, satu-satunya keterlibatannya yang diketahui adalah pertemuan tertutup dengan regulator, dana kekayaan negara China dan di sebuah universitas.
Minimnya informasi perjalanan para CEO dari negara Barat selama perjalanan mereka ke China dapat dikaitkan dengan kewaspadaan mereka mengingat ketegangan politik dan perdagangan Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok tengah memburuk ke titik terendah dalam beberapa dekade terakhir, kata Staf Senior di Kamar Dagang dan Asosiasi Perdagangan.
Baca Juga: Pabrik Tesla di China Kirim 77.695 Kendaraan Listrik pada Mei 2023
Fokus Presiden China Xi Jinping yang meningkat pada keamanan nasional, terutama tindakan keras baru-baru ini terhadap konsultan dan perusahaan uji tuntas - juga membuat banyak perusahaan asing tidak yakin di mana mereka dapat melangkahi garis hukum di China.
Noah Fraser, direktur pelaksana Canada China Business Council, mengatakan bahwa para eksekutif yang berkunjung tidak lagi mengejar peluang bisnis baru tetapi berkonsentrasi untuk mempertahankan hubungan yang ada dan seringkali tidak akan melakukan konferensi pers, makan malam besar, atau kesempatan berbicara.
Mereka tampaknya tetap "menundukkan kepala dan akan makan siang pribadi di mana mereka dapat belajar dari orang-orang di lapangan tentang apa yang terjadi," katanya.
Sebelum melakukan perjalanan ke China, para CEO AS telah meminta saran tentang bagaimana perluasan undang-undang kontra-spionase Beijing dapat memengaruhi mereka, menurut kepala asosiasi perdagangan AS yang menolak disebutkan namanya, mengutip sifat sensitif dalam berbisnis di China saat ini.
Baca Juga: Tesla Bakal Pilih Lokasi untuk Pabrik Baru Tahun Ini, Negara Mana yang Dibidik?
Para CEO juga ingin tahu bagaimana menangani pejabat pemerintah China dan dengan pertanyaan setelah perjalanan itu dipublikasikan, kata kepala asosiasi, menambahkan bahwa mereka tidak berkepentingan untuk berbicara dengan media dan mengambil risiko diminta untuk mengomentari sikap yang diambil Washington dan Beijing.
Kamar Dagang UE mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa perusahaan yang beroperasi di China selalu melakukan tingkat kehati-hatian tertentu dan sekarang beradaptasi dengan perubahan di area yang mungkin dianggap sensitif.
Tesla tidak menanggapi permintaan komentar sementara Goldman menolak berkomentar.
Baca Juga: Tesla Bakal Pilih Lokasi untuk Pabrik Baru Tahun Ini, Negara Mana yang Dibidik?
Kementerian luar negeri China mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa banyak kunjungan dari CEO AS adalah "mosi percaya" dalam ekonomi China. Bahwa perjalanan mereka relatif sederhana berasal dari apa yang disebutnya "kebijakan salah" pemerintah AS dalam menahan China, katanya.
Sehubungan dengan kekhawatiran tentang undang-undang kontra-spionase, adalah hak China untuk menjaga keamanan nasional melalui undang-undang domestik, tambahnya. Departemen Perdagangan AS menolak berkomentar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News