Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI mengalami peningkatan penyaluran kredit di paruh pertama 2023. Hal tersebut berdampak kepada posisi kepemilikan Surat Berharga Negara (SBN) di BRI yang menurun jika dibandingkan posisi akhir tahun 2022 lalu.
Senior Executive Vice President Treasury & Global Service BRI Achmad Royadi mengatakan bahwa penurunan kepemilikan SBN di perbankan juga terlihat dari data yang dikeluarkan DJPPR Kementerian Keuangan yang menunjukkan terdapat penurunan sebesar Rp 116,9 triliun per 17 Juli 2023.
Achmad melanjutkan, meski menurun, reprofiling portofolio SBN BRI tetap dilakukan dengan memperhatikan pergerakan pasar dan proyeksi kebutuhan likuiditas jangka pendek.
“Pembelian SBN di semester I tahun 2023 telah turun sebesar 65,8% apabila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2022. Hal tersebut dikarenakan fokus perusahaan yang terus mendorong penyaluran kredit di tahun ini,” ucapnya dalam siaran pers, Minggu (30/7).
Baca Juga: Jumlah BNI Agen46 Mencapai Lebih dari 173 Ribu hingga Semester I 2023
Selain itu, menurutnya penempatan dana pada SBN hingga akhir tahun disebut Achmad masih akan terus dilakukan sebagai bagian dari strategi optimalisasi imbal hasil aset bank. Namun penempatan pada SBN akan tetap memperhatikan pergerakan kebutuhan likuiditas dan pasar.
Adapun penyaluran kredit tetap menjadi prioritas penempatan dana bank di tahun 2023 yang diproyeksikan dapat tumbuh double digit sejalan dengan proyeksi pemerintah. Penempatan pada SBN dilakukan atas likuiditas yang belum tersalurkan ke sektor kredit dengan mempertimbangkan maturity gap aset dan liabilitas.
Achmad Royadi menambahkan bahwa pertumbuhan kredit ditargetkan dapat menyentuh di kisaran 10% hingga 12% pada tahun ini. Tentunya hal ini didukung dengan kondisi ekonomi makro Indonesia yang masih kondusif dan terus bertumbuh.
Kendati demikian untuk memperkuat kondisi yang semakin baik tersebut, BRI tetap menerapkan strategi konservatif dengan mengalokasikan dana pencadangan yang lebih dari memadai sebagai salah satu mitigasi risiko terhadap kondisi perekonomian ke depan yang masih menantang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News