Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tinggal menunggu hari, pemberian subsidi mobil listrik oleh Pemerintah akan mulai berlaku pada 1 April 2023. Sebelumnya pemerintah baru menyebut 2 Agen Pemegang Merek (APM) yang akan mendapatkan pemberian subsidi ini, yakni Wuling dan Hyundai.
Pasalnya baru dua APM tersebut yang memenuhi nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sebesar 40%. Belum lagi satu di antaranya masih memiliki persoalan terkait indent yang lama, yakni Hyundai dengan produknya IONIQ 5. Sementara itu Wuling mengaku walau sempat memiliki indent, namun saat ini Air EV miliknya sudah tersedia dan siap untuk langsung diangkut konsumen.
Menanggapi hal tersebut Pengamat otomotif Bebin Djuana mengatakan pemerintah terlalu dini untuk memberikan subsidi mobil listrik.
Baca Juga: Ada Subsidi Kendaraan Listrik, Pabrikan Mobil dan Motor BBM Tetap Menahan Harga Jual
"Rasanya terlalu dini melaksanakan subsidi karena tujuan pemerintah adalah percepatan artinya mengejar volume. Jika baru 2 merek yang memproduksi EV tentu tidak bisa mengejar volume yang diharapkan," kata Bebin Djuana kepada Kontan, Kamis (30/3).
Sementara itu terkait dengan persoalan indent yang masih dialami oleh APM, dirinya mengatakan hal ini disebabkan oleh terbatasnya produksi microchips di dunia.
"Keterbatasan microchips ini masih menghantui industri otomotif dunia, hal ini turut berkontribusi atas jumlah mobil EV yang bisa diserahkan pada konsumen," ungkap Bebin Djuana.
Sebelumnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga menyebut inden pembelian mobil listrik berpotensi kian panjang apabila diberi insentif oleh pemerintah.
Salah satu yang mengalami inden panjang adalah Hyundai. Namun dari penuturan manajemen, Hyundai mengaku telah mempercepat masa indent untuk IONIQ 5 menjadi enam bulan dari yang sebelumnya satu tahun.
Dalam perjalanannya, IONIQ 5 menjadi mobil listrik pertama yang diproduksi dan dirakit di Indonesia oleh PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia yang diluncurkan oleh presiden Jokowi pada Maret 2022 lalu.
Baca Juga: Subsidi Mobil Listrik dan Bus Listrik akan Diluncurkan 1 April 2023
Investasi Hyundai untuk produksi mobil listrik ini disebut pemerintah senilai US$ 1,5 miliar dengan kapasitas produksi pabrik sekitar 250.000 unit per tahun.
Sementara itu untuk Wuling, manajemen sebelumnya mengaku penjualan Air Ev saat ini hampir tidak mengalami indent dan sudah tersedia di beberapa diller Wuling.
Wuling tahun lalu mengatakan telah menggelontorkan dana investasi lebih dari US$ 1 miliar untuk produksi mobil listriknya.
Di lain sisi APM lainnya seperti Toyota memutuskan untuk menutup pemesanan mobil listriknya bZ4X. Pasalnya suplai yang terbatas menjadi alasan Toyota mengambil kebijakan tersebut. Sehingga Toyota belum berani untuk menambah pemesanan.
Toyota mencatat telah mengantongi 1.300 Surat Pemesan Kendaraan hingga akhir tahun 2023. Pengiriman bZ4X akan dilakukan secara bertahap.
Tahun 2022 lalu, Toyota telah menambah investasi untuk 5 tahun ke depan sebesar Rp 27 triliun guna melakukan pengembangan dan produksi kendaraan listrik dari berbagai model mulai dari hybrid, plug in hybrid, dan baterry electric vehicles (BEV).
Baca Juga: Beri Insentif Kendaraan Listrik, Pemerintah Akan Batasi Produksi Kendaraan BBM
Begitu juga dengan Mitsubishi yang menargetkan berinvestasi sekitar Rp10 triliun hingga 2025. Dana investasi ini digunakan untuk pengembangan pabrik di Indonesia agar dapat memproduksi mobil listrik. Mitsubishi menargetkan bisa memproduksi 98.000 unit mobil listrik pada 2024.
Lebih lanjut Bebin Djuana berharap jika dua tahun ke depan, para APM nantinya akan lebih banyak memproduksi mobil listrik, sehingga hal ini akan meramaikan pasar mobil listrik di tanah air.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News